Making Indonesia 4.0 Andalkan IoT
Langkah pemerintah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk kesiapan memasuki era revolusi industri 4.0 telah dilakukan.
Editor:
Hendra Gunawan
“Profile penumpang pesawat saat ini sudah banyak berubah. Saat ini banyak didominasi generasi millennial yang ingin melayani dirinya sendiri, jadi disitu peran digitalisasi dibutuhkan. Contohnya adalah dengan self check in menggunakan smartphone,” kata Awaluddin.
Ia menuturkan, para penumpang pesawat selalu menginginkan tiga hal mudah di bandara yaitu hassle free, stress free dan confusing free. Oleh karena itu dalam mendesain terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta Awaluddin berpesan, desainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan para penumpang ketika bandara tersebut selesai dibangun dan beroperasi pada 2024 mendatang.
“Kemampuan desainer untuk menerawang sampai saat itu yang diperlukan. Jangan sampai menjadi bandara yang tidak cerdas lagi. Karena bisa jadi pada saat itu ekosistem Indonesia 4.0 sudah jadi kenyataan bukan lagi teori,” katanya.
Judi Achmadi, Executive Vice President Divisi Enterprise PT Telkom Tbk menyatakan ada tiga faktor yang akan mendukung pertumbuhan IoT di Indonesia, yaitu tingginya pemanfaatan dari smartphone di Indonesia, populasi usia produktif di bawah 25 tahun yang berjumlah 2,5 miliar orang di dunia, dan revolusi industry 4.0.
“Jadi semuanya sekarang serba digital. Bos Cisco John Chambers pada 2015 lalu meramal ada 40% perusahaan akan mati dalam 10 tahun ke depan karena tidak mendigitalisasi dirinya, dan itu sudah terjadi,” kata Judi.
Kirill Mankovski, Chief Enterprise Officer PT XL Axiata Tbk, berharap perusahaannya dapat membantu memperbanyak pemanfaatan IoT oleh para pelaku bisnis di Indonesia.
“Konsep XL untuk pengembangan IoT ini adalah berkelanjutan. Kami punya konektivitas, lalu juga punya platform, serta punya solusi out of the box untuk IoT. XL juga punya X-Camp di mana setiap orang bisa datang dan menggunakan fasilitas IoT yang kami miliki. Prediksi kami sampai 2020 nanti lebih dari 70% perusahaan Indonesia akan mengadopsi IoT,” kata Kirill.
Sementara Alfian Manullang, GM IoT Smart Connectivity Telkomsel mengklaim perusahaannya merupakan IoT hub terbesar di Indonesia saat ini. Telkomsel menurut Alfian menjalankan fungsi sebagai enabler yang melayani berbagai kebutuhan digitalisasi industri di Indonesia.
“IoT itu targetnya saving cost dan generate revenue. Balik lagi ke intinya objektif apa yang mau dicapai suatu perusahaan dari IoT. Nah, total solution itu yang kita berikan ke customer karena menurut kami IoT ini masih baru di Indonesia, dan kolaborasi itu sesuatu yang penting dalam pengembangannya,” katanya.
Mendukung pernyataan Alfian, VP Network Solutions PT Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal berkeyakinan IoT sangatpenting untuk meningkatkan daya saing produk nasional.
“Pemanfaatan teknologi itu penting sehingga industri dalam negeri bisa memproduksi dan menjual barang dengan harga yang kompetitif lagi. Saya senang pemerintah tidak ingin kita ketinggalan dari sisi digitalisasi industri. Kalau ini tidak dikerjakan, risikonya akan banyak produk negara lain yang masuk ke Indonesia dan kita tidak bisa bersaing,” kata Ronni.
Sementara Mohamad Rosidi, Direktur ICT Strategy & Marketing dari Huawei Indonesia, berkeyakinan program nasional Indonesia 4.0 akan meningkatkan daya saing Indonesia diantara negara-negara lain di dunia.
“Dari sisi konektivitas Indonesia ada di peringkat 64, masih di level starter digitalisasi yang bahkan kalah dengan Vietnam dua peringkat di atasnya. Namun bicara ekosistem IoT, kita tidak bisa bekerja sendirian, harus ada sinergi antara operator, regulator dan lainnya untuk meningkatkan konektivitas kita,” kata Rosidi.
Untuk bisa mengoptimalkan penyebaran pemanfaatan IoT di Indonesia, dibutuhkan peranan dari infrastruktur telekomunikasi yang menunjang. Nia Kurnianingsih, Division Head of Digital Solution PT Tower Bersama Infrastructure, menuturkan perusahaannya menjalankan mandat untuk melaksanakan tugas tersebut di Indonesia.
Tower Bersama menurut Nia saat ini memiliki 13.800 tower di seluruh Indonesia yang dimanfaatkan oleh 20.400 tenant.