Sabtu, 23 Agustus 2025

Setelah TikTok, Donald Trump Kini Dibuat Pusing 'Invasi' DeepSeek Buatan China di AS

Perusahaan rintisan asal China, DeepSeek, menimbulkan kehebohan besar di dunia AI, khususnya di Amerika Serikat (AS).

|
Editor: Hasanudin Aco
Tangkapan Layar Video X/Twitter
Donald Trump Presiden AS kini menghadapi serbuan aplikasi China setelah TikTok. 

 

TRIBUNNEWS.COM, AS -  Perusahaan rintisan asal China, DeepSeek, menimbulkan kehebohan besar di dunia AI (Artificial Intelligence), khususnya di Amerika Serikat (AS).

Presiden AS yang baru saja dilantik Donald Trump tampaknya dibuat pusing menghadapi aplikasi DeepSeek.

Padahal masalah TikTok di AS belum juga tuntas.

Apa yang Perlu Diketahui?

Pekan ini,  AS dipaksa bergulat dengan kekuatan dan invasi aplikasi China lainnya yakni DeepSeek.

Sementara status TikTok di AS masih ambigu setelah Mahkamah Agung pada 17 Januari memutuskan larangan TikTok di negara itu.

Namun Donald Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang memberi tahu Jaksa Agung AS untuk tidak menegakkan hukum tersebut kepada TikTok.

"TikTok dilarang di AS karena aplikasi buatan China itu ditetapkan sebagai musuh asing yang berbahaya karena memanfaatkan  data pribadi pengguna TikTok di AS dan ancaman terhadap keamanan nasional, " kata Mahkamah Agung AS membeberkan alasannya.

Laboratorium AI asal China, DeepSeek merilis DeepSeek-R1 yang diklaim memiliki arsitektur keahlian atau kinerja melebihi model AI terdepan milik OpenAI, o1.
Laboratorium AI asal China, DeepSeek merilis DeepSeek-R1 yang diklaim memiliki arsitektur keahlian atau kinerja melebihi model AI terdepan milik OpenAI, o1. (deepseek.com)

Namun DeepSeek malah muncul

Inilah yang menjadi latar belakang mengapa Asisten AI milik perusahaan rintisan Cina, DeepSeek, berhasil menyalip pesaingnya dari Barat yakni ChatGPT.

DeepSeek muncul sebagai aplikasi gratis dan langsung menempati peringkat teratas di App Store Apple AS  pada Senin (27/1/2025) kemarin.

Keberhasilan besar DeepSeek setelah peluncuran aplikasinya minggu lalu telah memicu spekulasi aplikasi tersebut akan dilarang lagi di AS setelah TikTok.

Mantan Anggota Kongres AS dari Partai Republik Patrick McHenry (North Carolina), yang  bekerja pada kebijakan ekonomi dan regulasi keuangan, adalah  satu dari beberapa orang yang membuat perbandingan ini dan menyatakan kekhawatirannya.

Ia mengatakan kepada MSNBC bahwa DeepSeek memiliki efek berantai yang besar dimana yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah tetap menang, tidak peduli apakah itu berasal dari negara komunis atau masyarakat terbuka.

"Kami juga belum sepenuhnya memahami transfer data yang terjadi dengan aplikasi baru ini," katanya.

Dia lalu menambahkan "Apakah ini TikTok yang lebih canggih?"

Kolumnis teknologi senior di The Wall Street Journal, Joanna Stern, mengunggah di X (twitter) tangkapan layar DeepSeek yang berada di puncak "tanggapan teratas" App Store Apple untuk aplikasi gratis, dengan menambahkan judul "Berapa lama lagi sampai pelarangan DeepSeek-tapi-bukan-benar-benar-larangan?"

Rich Greenfield, mitra dan analis di LightShed Partners, sebuah firma riset teknologi, media, dan telekomunikasi, menulis di X.

"Jadi biar saya perjelas, pemerintah AS, kecuali Presiden Trump, sedang mencoba melarang TikTok, sebuah aplikasi hiburan karena algoritmanya, di masa mendatang dapat memanipulasi kita dengan cara tertentu, sementara pesaing ChatGPT, DeepSeek berkantor pusat di Tiongkok dan menjadi #1 di iOS.

Pikirkan tentang bagaimana mesin Gen-AI menyerap sejumlah besar informasi pribadi dan dapat digunakan untuk mendistorsi sudut pandang. Setidaknya server TikTok berada di AS, dipantau dan diawasi oleh Oracle."

Biaya Pengembangan DeepSeek

DeepSeek telah mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Silicon Valley, terutama atas klaimnya bahwa mereka berhasil melatih modelnya dengan biaya $5,6 juta—sebagian kecil dari ratusan juta dolar yang dikeluarkan oleh para pesaingnya di Barat.

Namun klaim ini telah dibantah oleh beberapa pihak di dunia AI, termasuk CEO Scale AI Alexandr Wang dan analis Bernstein, yang secara umum berpendapat bahwa DeepSeek telah menggunakan teknologi yang ada dan kode sumber terbuka.

Siapa di Balik DeepSeek?

DeepSeek adalah perusahaan rintisan yang berpusat di Hangzhou, China.

Pemegang saham utamanya adalah Liang Wenfeng, salah seorang pendiri dana lindung nilai kuantitatif High-Flyer, menurut catatan perusahaan China.

Pendiri Liang menghadiri simposium tertutup untuk pemilik bisnis dan pakar yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang pada tanggal 20 Januari 2025 lalu menurut kantor berita negara Xinhua.

Ini menimbulkan pertanyaan tentang peran DeepSeek dalam keinginan China untuk menyalip Washington dalam AI (artificial intelligence).

Apa itu DeepSeek AI?

DeepSeek AI merupakan gagasan Wenfeng, mantan manajer dana lindung nilai yang beralih ke pengembangan AI pada tahun 2023.

Model andalan platform tersebut, DeepSeek-R1, diluncurkan pada bulan Januari ini.

Namun dengan cepat naik ke puncak Apple App Store AS melampaui ChatGPT.

Daya tarik DeepSeek terletak pada modelnya yang gratis untuk digunakan oleh konsumen, didukung oleh mesin penalaran R1.

Mesin ini dikatakan mengintegrasikan pembelajaran penguatan untuk mencapai kinerja tinggi dengan sumber daya komputasi minimal.

DeepSeek berawal dari Fire-Flyer, cabang dari High-Flyer, dana lindung nilai milik Liang.

Dikutip dari Japan Times, Senin, DeepSeek merilis model awalnya pada 2023.

Pada November 2024, perusahaan itu meluncurkan DeepSeek RI yang dirancang meniru pemikiran manusia.

Model tersebut mendukung aplikasi chatbot seluler.

Situs antarmuka DeepSeek mulai rilis pada Januari 2025 sebagai alternatif OpenAI yang jauh lebih murah.

Model DeepSeek R1 diklaim memiliki kinerja yang setara dengan model terbaru OpenAI saat digunakan untuk tugas-tugas seperti matematika, coding, dan penalaran bahasa alami.

DeepSeek dioperasikan lulusan baru dari berbagai universitas ternama China seperti Peking University dan Tsinghua University.

Meski minim pengalaman di lapangan, para peneliti membawa banyak keahlian akademis dan pola pikir kolaboratif.

Hal ini cukup ideal untuk mengatasi tantangan yang membutuhkan investasi tinggi tetapi laba rendah.

Hingga Sabtu (25/1/2025), aplikasi seluler DeepSeek diunduh 1,6 juta kali dan menduduki peringkat nomor satu di App Store Australia, Kanada, China, Singapura, AS, dan Inggris

Sumber: Newsweek/Reuters

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan