Ledakan Teknologi Hijau Picu Lonjakan Permintaan Perak Dunia
Perak memiliki konduktivitas listrik dan termal tertinggi di antara semua logam, menjadikannya bahan penting dalam panel surya (solar PV)
TRIBUNNEWS.COM - Ledakan teknologi hijau telah memicu lonjakan permintaan perak dunia karena perak menjadi komponen vital dalam industri energi terbarukan seperti panel surya dan kendaraan listrik.
Perak memiliki konduktivitas listrik dan termal tertinggi di antara semua logam, menjadikannya bahan penting dalam panel surya (solar PV), baterai kendaraan listrik, dan sirkuit elektronik.
Dengan transisi global menuju energi bersih, permintaan dari sektor ini diproyeksikan meningkat hingga 50 persen pada tahun 2030, melampaui kapasitas pasokan yang terbatas.
Baca juga: Terapkan Teknologi Hijau, FL Technics Operasikan Mesin Towbarless Aircraft Pushback Tug Tanpa Emisi
Mobil listrik, perangkat pintar, dan sistem penyimpanan energi semuanya membutuhkan perak dalam jumlah besar untuk sensor, konektor, dan sistem kontrol.
Pada tahun 2025, dunia menghadapi kekurangan pasokan perak sebesar 206 juta ons, akibat penurunan produksi dari negara produsen utama seperti Meksiko dan isolasi pasar dari Rusia.
Sekitar 72 persen perak berasal sebagai produk sampingan dari pertambangan logam lain (emas, tembaga, seng), sehingga sulit untuk meningkatkan produksi secara cepat.
Perang dagang AS–Tiongkok dan pergeseran Rusia ke bursa logam BRICS menciptakan ketidakpastian dalam rantai pasokan global.
Harga perak melonjak 56,7 persen dari 2023 hingga 2025. Lonjakan ini menjadikan perak sebagai aset strategis dan safe haven baru di tengah inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.
Saham pertambangan dan produk investasi berbasis perak (ETP) semakin diminati karena rasio harga emas terhadap perak (1:90) menunjukkan bahwa perak masih undervalued.
Kondisi ini menguntungkan bagi Indonesia, di mana sedang memasuki babak penting dalam transisi menuju energi baru terbarukan (EBT).
Dorongan pemerintah untuk mempercepat pengembangan panel surya dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) tidak hanya mengubah peta energi nasional, tetapi juga memicu lonjakan permintaan komoditas strategis global, salah satunya perak.
Pemerintah telah menetapkan target ambisius net zero emission 2060 dan menggalakkan program pemasangan panel surya atap, pembangunan PLTS skala besar, serta percepatan adopsi mobil listrik.
Kebijakan ini membuat Indonesia tidak hanya menjadi pasar teknologi hijau, tetapi juga pemain penting dalam rantai pasok komoditas penunjang energi bersih.
Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan mengatakan panel surya dan mobil listrik adalah katalis besar bagi kenaikan permintaan perak dunia. Rata-rata 1 GW panel surya menyerap 10-ton perak, sementara satu unit kendaraan listrik mengandung 25–50-gram perak.
“Ketika adopsi dua teknologi ini terus meningkat, pasar perak global akan menghadapi tekanan permintaan struktural yang signifikan,” ujarnya.
Mobil Listrik Wajib Dirakit Lokal Mulai Tahun Depan, Belum Ada Vendor yang Diajak APM Bermitra |
![]() |
---|
Ekspansi, Jaringan SPKLU Terra Charge Tembus 250 Lokasi |
![]() |
---|
Indonesia Tetap Menarik untuk Investasi Otomotif Meski Insentif EV Disetop |
![]() |
---|
Hyundai Tangani Insiden Ioniq 5 yang Mogok di Jambu Dua Bogor |
![]() |
---|
Pilihan Skema Berlangganan Baterai VinFast, Diklaim Lebih Hemat Sampai Rp 113 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.