Jumat, 5 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

In memoriam Bob Hasan: Sakit Jika Tak Memberi

BUKAN rahasia umum lagi, khususnya bagi wartawan olahraga Indonesia, Bob Hasan adalah 'dewa' penolong. Di mana pun, Pak BH, begitu kami biasa menyebut

Editor: Toni Bramantoro
Tribunnews/Abdul Majid
Bob Hasan 

Kami ke Cilacap sesungguhnya untuk keperluan lain, tapi karena sudah dekat Nusa Kambangan, maka kesempatan ini tak disia-siakan. Begitu sampai di Penjara Batu, kedua senior saya langsung diminta masuk. Saya bertiga, menunggu di ruangan lain.

Tak sampai 10 menit, ada utusan yang menjemput saya. "Pak Nigara, mari..," kata seorang petugas.

Saya? Memang Pak Bob kenal saya? Begitu tanya saya dalam hati. Ketika tiba di ruang khusus, di luar dugaan saya, Pak Bob menyambut saya. "Ee elo... wartawan sombong itu!" ujar Pak Bob sambil tertawa.

"Gua seneng biar sombong elo mau nengokin gua," katanya lagi.

Sentuhan saya terakhir terjadi di tahun 2010. Waktu itu saya menjafi direktur PPU (oprrasional) PPK-GBK. Ada final Piala Presiden (SBY) antar Angkatan TNI dan Polri. Ketua pelaksananya Irjen Djoko Susilo.

SBY menurut AKBP Guritno, asisten Djoko yang saat itu menjabat sebagai Kakorlantas, minta finalnya di Stadion Madya. Namun usaha mereka gagal karena Pak Bob, menolak.

Seperti kita ketahui, Pak Bob memegang surat dari Mensesneg Sudharmono untuk mengelola stadion itu. Suratnya satu lembar, tapi sakti sekali. Ada tanggal dimulai, tapi tak ada tanggal batas akhir.

Mensesneg waktu Pak Sudi Silalahi meminta pada Dirut PPK-GBK, Bambang Prajitno agar stadion bisa dipakai. Tarik-menarik terjadi. Saya ambil jalan pintas, alhasil final pun terlaksana.

Pak Bob, marah sekali dengan saya. Tapi, setelah saya jelaskan, akhirnya beliau bisa menerima.

"Elo wartawan sombong yang bisa jadi direktur. Gua seneng lapangan gak rusak," katanya sambil terkekeh.

Ya, bagi Pak Bob, Stadion Madya sudah seperti rumahnya yang kedua. Ia marah karena takut fasilitas rusak. Ia khawatir atlet tak bisa maksimal.

Selain itu, Pak Bob memang merogoh sakunya sendiri untuk merenovasi fasilitas stadion itu. Tidak sedikit, pasti. Maklum, stadion itu pernah dipakai untuk greyhound, pacuan anjing sangat lama dan membuat stadion jadi usang serta bau.

Pak Bob saat ini terbaring kaku. Ruhnya telah keluar dari tubuhnya yang sudah renta. Tapi, semangatnya yang membara seperti masih terasa.

Dunia olahraga kita telah kehilangan salah satu dari segelintir tokoh yang memang gila olahraga. Tokoh yang mendahulukan olahraga ketimbang keluarganya. Tokoh yang menyatu dengan napas para atletnya.

Selamat jalan Pak Bob, doa kami untukmu. Selamat jalan Pak Bob, jumlah kami sangat banyak untuk mendoakanmu. Semoga seluruh kebaikanmu menjadi ladang yang engkau tuai di akhirat nanti....

*M. Nigara, Wartawan Olahraga Senior

M. Nigara
M. Nigara (dok pribadi)

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan