Tribunners / Citizen Journalism
Tentang BJ Habibi, Erbakan dan sebuah Diplomasi Persahabatan yang Ideal bagi Dubes Turki
Bj Habibi setelah lama belajar di Jerman pulang ke Indonesia membawa teknologi kedirgantaraan, sedangkan Erbakan membawa teknologi Tengbaja Leopard.
Sudah menjadi rahasia umum, ada semacam paradoks. Karena karir politik keduanya hanya seumur jagung dengan perjalanan yang amat pelik.
Barangkali sebuah bangsa, memang membutuhkan bayangan yang bagai hantu tentang dirinya: antara jelas dan tak jelas. Dibalik kisah heroik kepahlawannya dua sosok itu, ada kisah yang mengganjal, yaitu ada ketidak sambungan pertautan dan juga jarak.
Betapa sering kita mendengar kegeniusan BJ Habibi seperti tak mendapat tempat di negeri sendiri, bahkan cenderung seperti dikebiri, hal yang sama terjadi pada Erbakan.
Jika tampak ada yang bertentangan di sini, mungkin itu juga menunjukkan bahwa sebuah bangsa—seperti yang ditulis oleh banyak sejarawan—memang mengandung ketegangan dan keterpautan antara yang asing dan yang tak asing dalam dirinya sendiri. Dan, itu terjadi pada kedua sosok pahlawan itu.
Orang yang pertama kali melihat fenomena itu adalah Benedict Anderson. Dalam Imagined Communities-nya yang terkenal itu, ia menulis: ”Orang-orang besar dan berjasa sering dibenamkan oleh sekolompok orang yang over ego pada kekuasaan. Meski demikian, sosok itu tetap saja luar biasa di mata rakyat. Karena sosok itu sarat dengan anggitan tentang ’kebangsaan’ yang membayang bagai hantu.”
Ungkapan itu ada benarnya, sebab di mata pak Dubes Iqbal, dua sosok itu lebih dari Sang pejuang teknologi, pejuang islam dan demokrasi bangsanya, tapi juga contoh teladan diplomat persaudaraan dari hubungan dua negara yang ideal.
Bayangkan, Kedutaan Indonesia di Ankara Turki punya tanah seluas 1,2 hektar (terluas ke 3 di dunia) itu adalah hadiah dari Ebarkan tahun 96.Demikian pula kedutaan Turki di Rasuna hadiah dari BJ habibi 99. Sebuah persahabatan yang luar biasa indah buat masing-masing bangsanya bukan? Wallahu 'alam bisahwab.
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.*
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
10,4 Ton Kayu Manis Asal Kerinci Tembus Pasar Turki, Nilai Transaksi Capai Rp 882 Juta |
![]() |
---|
Jadwal Manisa BBSK di Liga Voli Turki: Laga Perdana Tanpa Megawati, Polemik ITC Mengganjal Megatron |
![]() |
---|
Setelah Italia dan Spanyol, Turki Kirim Drone Kawal Armada Bantuan Global Sumud Flotilla ke Gaza |
![]() |
---|
Perpecahan di NATO Kian Kentara: AS Bantu Israel, Cegah Ekspor Mesin Buat Jet Tempur KAAN Turki |
![]() |
---|
Federasi Sepak Bola Turki Desak FIFA dan UEFA Larang Israel Ikut Kompetisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.