Selasa, 2 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Jokowi Didemonstrasi

Grafiti 'Adili Jokowi' Marak di Berbagai Kota, Tidak Perlu Ada yang Kebakaran Jenggot

Soal Graffiti Adili Jokowi ini tidak perlu ada yang kebakaran jenggot yang masih saja menuduh gerakan ini ada kaitannya dengan kekalahan Pilpres.

|
Editor: Dewi Agustina
TribunJogya.com/Miftahul Huda/Dok. Satpol PP Kota Yogyakarta
ADILI JOKOWI - Marak Coretan di Dinding Adili Jokowi di Yogyakarta, Rabu (5/2/2025). Roy Suryo menyebut soal Graffiti Adili Jokowi ini tidak perlu ada yang kebakaran jenggot yang masih saja menuduh gerakan ini ada kaitannya dengan kekalahan Pilpres. 

Graffiti pertama kali muncul dalam bentuk lukisan gua yang dibuat oleh manusia purba. 

Contohnya adalah lukisan di Gua Lascaux (Prancis) dan Altamira (Spanyol) yang berusia sekitar 17.000 tahun. 

Lukisan ini menggunakan pigmen alami untuk menggambarkan hewan, manusia, dan simbol misterius. 

Di Indonesia hal sejenis terdapat di Gua Leang-leang di Sulawesi Selatan. 

Fungsinya bisa sebagai ritual spiritual, komunikasi, atau penanda perburuan.

Selanjutnya di Zaman Romawi & Yunani Kuno Graffiti banyak ditemukan di dinding kota, kuil, dan tempat umum. 

Biasanya berupa coretan politik, sindiran sosial, atau ekspresi pribadi. 

Contoh terkenal ditemukan di Pompeii, Kota Romawi yang tertutup abu vulkanik dari letusan Gunung Vesuvius tahun 79 M yang berisi protes politik, humor kasar, dan bahkan iklan. 

Saat masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945-1949 pun Graffiti digunakan sebagai media perlawanan terhadap penjajah, baik Jepang, maupun Belanda dan Sekutu yang mau menjajah kembali. 

Saat itu para pemuda Indonesia sering menuliskan slogan-slogan di tembok dan gerbong kereta, seperti: "Merdeka atau Mati!", "Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!" dsb.

Graffiti telah berkembang dari lukisan gua hingga menjadi alat komunikasi sosial dan politik. 

Hingga kini, grafiti tetap digunakan sebagai media ekspresi, protes, atau seni jalanan di berbagai belahan dunia bahkan dihubungkan dengan teknologi komputer seperti kalimat "404-Not Found".  

Padahal aslinya "404 Not Found" adalah kode status HTTP yang menandakan bahwa halaman atau sumber daya yang dicari di sebuah website tidak ditemukan di server. 

Istilah ini pertama kali digunakan dalam protokol HTTP pada 1992 oleh Tim Berners-Lee, pencipta World Wide Web. 

Angka 404 berasal dari standar kode status HTTP yang ditetapkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF).

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan