Senin, 8 September 2025

Waktunya Muda Mudi Dapat Wawasan

Mengenal Short Attention Span: Dampak Video Pendek terhadap Rentang Perhatian

Kebiasaan menonton video pendek secara terus-menerus dapat menyebabkan short attention span.

Editor: Content Writer
dok. Freepik
SHORT ATTENTION SPAN - Ilustrasi seseorang menggunakan ponsel. Short attention span dapat membuat individu kehilangan fokus dalam mengerjakan hal dalam durasi yang lama. 

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kesibukan dunia yang kian meningkat, para pengembang teknologi terus berinovasi dengan mengembangkan kembali teknologi yang sebelumnya sudah ada agar menjadi lebih canggih dan praktis. 

Salah satu yang turut mengalami perkembangan adalah video. Jika sebelumnya konten video umumnya berdurasi cukup panjang, kini hadir inovasi berupa video pendek atau short video melalui platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts, yang bahkan berdurasi kurang dari satu menit.

Kehadiran video pendek ini tentunya membawa banyak perubahan. Di sisi positif, format ini dinilai efisien bagi mereka yang memiliki waktu luang terbatas, tetapi tetap ingin mendapatkan informasi. 

Karena disajikan secara singkat dan langsung ke inti, video pendek membuat banyak orang ketagihan, yakni cukup menonton beberapa detik, informasi pun langsung tersampaikan tanpa perlu waktu lama.

Dari sisi negatifnya, kebiasaan menonton video pendek secara terus-menerus dapat memengaruhi kemampuan otak untuk fokus dalam jangka waktu panjang, atau yang dikenal dengan istilah short attention span (rentang perhatian pendek). 

Fenomena ini bukan sekadar efek samping, tetapi berpotensi membuat seseorang kesulitan untuk berkonsentrasi saat membaca buku panjang, menonton film berdurasi lebih dari satu jam, maupun saat menjalani aktivitas seperti belajar.

Penyebab Short Attention Span Akibat Video Pendek

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya short attention span pada seseorang, di antaranya sebagai berikut.

1. Ledakan Dopamin di Waktu Singkat

Video pendek dapat memuat beragam konten, mulai dari musik, berita, cuplikan film, hingga hal lainnya dalam durasi singkat. Semua itu bisa diakses secara instan hanya dengan beberapa kali geser layar.

Setiap kali kita menikmati konten tersebut, otak melepaskan dopamin, zat kimia yang membuat kita merasa senang. Masalahnya, otak jadi terbiasa mencari kesenangan cepat, sehingga aktivitas lain yang butuh fokus lebih lama terasa membosankan.

2. Terbentuknya Pola Konsumsi Cepat

Ketika paparan konten berdurasi 15–60 detik sudah menjadi kebiasaan, otak menjadi kurang terlatih untuk bertahan dalam aktivitas yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang, seperti membaca novel, menyelesaikan film berdurasi 1 jam, atau mengikuti diskusi secara mendalam.

Baca juga: Hakim MK Singgung Generasi Muda Kini Serba Instan, Tonton Video Pendek 1 Menit Tapi Merasa Jadi Ahli

3. Perubahan Emosi Cepat (Emotional Whiplash)

Karena menghadirkan beragam konten yang bisa dinikmati dalam waktu singkat, video pendek membuat emosi kita berubah secara mendadak. 

Perubahan emosi yang cepat ini menyebabkan otak mengalami lonjakan perasaan yang intens, yang biasa disebut dengan istilah emotional whiplash. Kondisi emotional whiplash ini turut menjadi salah satu faktor utama yang memicu terbentuknya pola short attention span.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Mengidap short attention span bisa menjadi masalah yang serius, terutama bagi para pekerja kantoran yang kerap mengikuti rapat berdurasi panjang, serta pelajar yang harus belajar setiap hari. Oleh karena itu, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi gejala ini.

1. Batasi Konsumsi Video Pendek Secara Sadar

Cobalah menetapkan batas waktu harian untuk menggunakan aplikasi video pendek. Fitur “screen time” di ponsel bisa membantu mengontrol durasi.

2. Latih Fokus Secara Bertahap

Mulailah dengan aktivitas fokus pendek, seperti membaca artikel 5 menit tanpa gangguan, lalu tingkatkan secara bertahap. Metode pomodoro (fokus 25 menit, istirahat 5 menit) bisa jadi pilihan.

3. Hindari Multitasking

Saat mengerjakan sesuatu, hindari membuka banyak tab atau melihat ponsel. Fokus pada satu tugas dalam satu waktu akan membantu otak kembali terbiasa bekerja secara mendalam.

4. Lakukan “Digital Detox” Berkala

Coba satu hari tanpa media sosial atau tanpa scrolling video pendek. Ganti waktu tersebut dengan aktivitas seperti berjalan kaki, membaca, atau berbincang langsung dengan orang lain.

5. Konsumsi Konten Panjang Secara Teratur

Luangkan waktu untuk menonton film dokumenter, membaca buku, atau mendengarkan podcast panjang. Hal ini akan melatih kembali otak untuk mempertahankan perhatian dalam durasi lebih lama.

Kehadiran video pendek adalah inovasi terbaru yang sebaiknya digunakan secara bijak. Namun, penting juga untuk selalu memperhatikan dampak lain yang mungkin timbul bagi diri sendiri. Dengan demikian, inovasi ini bisa memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan kerugian.

Baca juga: Video Pendek dan AI Akan Jadi Alat Efektif untuk Jangkau Gen Z dan Milenial di 2025 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan