Blog Tribunners
Inilah Untaian Sejarah Bugis dan Kutai
La Maddukkelleng adalah putra Raja Wajo (Arung Paniki) yg melarikan diri dari Sulawesi Selatan karena tidak ingin diadili di Bone
Di lokasi inilah Warga Bugis melangsungkan hidupnya dengan bercocok tanam dan menjalankan ajaran Islam sehari-hari.Raja Kutai yg berkuasa ( Sultan Idris ) kemudian menikahi Putri La Maddukkelleng dan tinggal di Istana sebagai permaisuri Raja.
Dari pernikahannya dikaruniai 3(tiga ) putra. Sewaktu perang bergejolak di Sulawesi Selatan antara Raja2 Bugis melawan VOC, Sultan Idris membantu mertuanya (Raja Wajo) di Sulawesi Selatan dan gugur dalam pertempuran.jadi Makam Raja Kutai (Sultan Idris) berada di Wajo(Paniki).Karena Putra Sultan Idris masih kecil sehingga kekuasaan Raja Kutai diambil alih oleh Aji Kado.
Karena hawatir Putra Raja Kutai (Sultan Idris) sebagai pewaris kerajaan dibunuh oleh penguasa kerajan saat itu maka permaisuri mengirim ke tiga putranya ke Wajo dan di besarkan oleh kakeknya ( Arung Paniki). setelah Dewasa Putra Sultan Idris bernama Sultan Muslihudin (Aji Imbut) kembali ke Kutai. Dalam pelayararannya singgah di Samarinda seberang menghimpun kekuatan kemudian merebut kembali kekuasaan kerajaan Kutai yg dulu dipegang oleh Ayahandanya.
Selanjutnya Sultan Muslihuddin sebagai Raja Kutai memindahkan ibukota kerajaan ke Tepian Pandan dan mengganti nama kota itu menjadi Tangga Arung yg artinya kediaman Raja dan karena pengaruh dialeg setempat sekarang nama kota menjadi Tenggarong yg sekarang menjadi ibokota kabupaten Kutai Kartanegara.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.