Pesawat Sukhoi Jatuh
Pilot Rusia: Sukhoi Jatuh Mungkin Terkait Persiapan Terbang
Pada saat itu, penyelidikan menunjukkan kecelakaan terjadi karena buruknya persiapan penerbangan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang pilot demo terbaik mengatakan kepada media Rusia bahwa kecelakaan Sukhoi Superjet 100 kemungkinan terkait dengan masalah persiapan, demikian BBC Indonesia melaporkan artikel Pavel Aksenov dari BBC Rusia.
"Kemampuan para awak Sukhoi selalu diandalkan dan hanya sedikit yang meragukan. Tur promosi Superjet ini adalah yang pertama dengan pilot profesional dan berpengalaman," tulis BBC yang menggambarkan faktor kemampuan awak dan pilot bisa diandalkan.
Mogomed Tolboev, salah seorang pilot terbang demo terbaik, mengatakan kepada media Rusia bahwa kecelakaan itu mungkin terkait dengan masalah persiapan penerbangan.
Terbang demo itu dilakukan di kawasan pegunungan yang sangat sulit.
Para pakar membandingkan kecelakaan Superjet dengan kecelakaan dengan korban tim aerobotik Rusia yang disebut "Ksatria Rusia".
Pada tahun 1995, tiga jet tempur dari unit ini kembali dari air show di Malaysia.
Mereka merencanakan untuk mendarat di Vietnam, di pangkalan militer Rusia di sana, dan jatuh di kawasan pegunungan.
Pada saat itu, penyelidikan menunjukkan kecelakaan terjadi karena buruknya persiapan penerbangan, tulis BBC.
Sejumlah pihak di Indonesia mempersoalkan penyebab kecelakaan.
Dilansir TRIBUNnews.com, Pemimpin Redaksi Angkasa Adrianus Dharmawan menilai, pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 melakukan penerbangan yang tidak lazim.
Hal itu disebabkan adanya penurunan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
"Prosedur penerbangan secara umum, bila di daerah pegunungan ada cuaca buruk, minimal harus terbang beberapa ratus kaki di atas ketinggian maksimal gunung di situ," kata Dharmawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/5/2012).
Dharmawan mengatakan, di lokasi tersebut terdapat tiga gunung, yakni Halimun, Pangrango, dan Salak. Gunung tertinggi adalah Halimun, yakni 8.000 kaki.
Anggota DPR RI Teguh Juwarno menyoroti alat Emergency Located Transmitter (ELT) yang terdapat pada pesawat Sukhoi Superjet 100. Alat ini ternyata tidak menyala saat pesawat itu menabrak tebing.
Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara mempertanyakan keputusan petugas Air Traffic Controller Soekarno Hatta Cengkareng yang mengizinkan Sukhoi Superjet100 terbang rendah hingga 6.000 kaki dari sebelumnya 10.000 kaki.