Jumat, 22 Agustus 2025

Pak Raden Tersanjung Dapat Penghargaan dari ITB

Berbaju beskap hitam dipadu kain batik cokelat, plus blangkon serta kumis tebal, sosok Drs Suyadi langsung dikenali banyak orang.

zoom-inlihat foto Pak Raden Tersanjung Dapat Penghargaan dari ITB
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Drs Suyadi alias Pak Raden

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Berbaju beskap hitam dipadu kain batik cokelat, plus blangkon serta kumis tebal, sosok Drs Suyadi langsung dikenali banyak orang.

Nama aslinya bahkan kurang dikenal ketimbang panggilan akrabnya, Pak Raden. Meski di usia 79 tahun ia harus menggunakan kursi roda untuk membantu berjalan serta tongkat untuk berdiri, Pak Raden masih terlihat bersemangat.

Suaranya yang khas juga masih keras, saat terlontar dari mulutnya yang nyaris tertutup kumisnya, yang juga khas.

Pria kelahiran Puger, Jember, Jawa Timur pada 28 November 1932, hadir di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk menerima penghargaan Ganesa Widya Jasa Utama.

Penghargaan diberikan langsung oleh Rektor ITB Prof Akhmaloka, pada acara "92 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia" di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Selasa (3/7/2012).

Pak Raden dinilai sebagai pelopor bidang industri kreatif klaster animasi dan tokoh animator. Begitu menerima penghargaan di podium, Pak Raden selalu menebar senyum. Ia mengaku sangat gembira telah dipercaya meraih penghargaan dari almamaternya.

"Saya sangat tersanjung. Belum pernah memimpikan mendapat penghargaan ini. Apalagi, saat pertama ke ITB tahun 1952 sebagai pemuda, sekarang sebagai kakek-kakek, kasihan deh lo," katanya sambil tertawa terbahak-bahak, saat ditemui usai acara.

Menurut pria yang dikenal dengan film anak-anak Si Unyil, saat ia kuliah di Fakultas Seni Rupa ITB tahun 1952, kondisi kampus sangat asri. Bahkan, sejak ia lulus tahun 1960, kampus tercintanya juga masih mempertahankan ciri khasnya.

Seiring waktu, Pak Raden menilai tidak ada yang berubah dari Kampus ITB. Hanya, dari sisi teknologi sudah jauh berbeda dengan saat ia masih menjadi mahasiswa.

"ITB majunya bukan main, walau tidak meninggalkan cirinya. Serasa kembali ke tahun-tahun lalu. Kalau zaman saya dulu, yang mondar mandir bule-bule. Sekarang sawo matang. Ada juga sih yang kuning langsat," tuturnya, masih diringi tawa.

Tentang hak paten dari karya-karya Si Unyil, pria yang masih aktif melukis menolak berkomentar. Ia enggan membicarakan hal-hal lain, terlebih tentang hak paten.

Meski begitu, ia berharap akan banyak kreator muda yang bisa melebihi karya Si Unyil. Ia berharap mahasiswa-mahasiswa sekarang lebih kreatif, terlebih ditunjang dengan kemajuan teknologi.

"Jangan harapkan Si Unyil saja. Di sini banyak tenaga kreatif, buat karya-karya indah selain Si Unyil. Bangkitlah yang muda. Yang tua sudah hampir masuk kotak. Hiduplah insan-insan ITB yang kreatif dan energik. Kalian lah harapan bangsa," papar pria yang aktif dalam serial Si Unyil yang tayang di TVRI setiap Minggu pagi pada 1980-1991. (*)

BACA JUGA

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan