Polemik Panglima TNI
Menhan Akan Jalin Komunikasi Dengan Panglima TNI Terkait Masalah Senjata
Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, akan segera berkomunikasi dengan Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo.
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu, akan segera berkomunikasi dengan Panglima TNI Jendral TNI Gatot Nurmantyo.
Komunikasi dilakukan terkait pernyataan Panglima TNI tentang pembelian senjata oleh pihak non-militer.
Baca: Menhan: Bukan 5.000 , Tapi 512 Pucuk Senjata Api
"Pasti, besok saya akan ke Malaysia, ketemu (Panglima TNI) masih sulit," kata Ryamizard kepada wartawan di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017).
Pernyataan yang disampaikan Panglima TNIsoal kelompok non-militer yang hendak membeli 5000 pucuk senjata.
Pernyataan itu disampaikan Panglima TNI dalam sebuah acara silaturahmi, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).
Ryamizard mengatakan pembelian senjata yang dimaksud Panglima TNI adalah pembelian senjata untuk Badan Intelijen Negara (BIN).
Baca: Politikus Nasdem: Pengadaan Senjata Apapun Harus Sepengetahuan TNI dan Kemenhan
Senjata yang dibeli untuk keperluan sekolah intelijen BIN dari PT Pindad adalah senjata jenis SS2 sebanyak 521 pucuk dengan peluru sebanyak 72.750 butir.
Dalam kesempatan tersebut, Menhan bahkan menunjukan dokumen pembelian yang ditandatangani Wakil Kepala BIN, Teddy Lhaksamana.
Baca: Jokowi Ingatkan Kampus Tak Dijadikan Tempat Penyebaran Radikalisme
Ia menyebut pengajuan pembelian senajata yang dokumennya ditandatangi Wakil Kepala BIN, Teddy Lhaksamana itu juga sudah disetujui Kementerian Pertahanan.
Menhan enggan menyebut Panglima TNI telah melakukan kesalahan.
Ia berpikir postiif, bahwa asisten Panglima TNI tidak memberikan informasi yang akurat.
Ia memaklumi hal tersebut dan sangat berharap peristiwa serupa tidak terulag.
"Ya sama-sama lah, semua manusia, siapa yang tidak pernah melakukan kekeliruan, kita maklumi, asal ke depan jangan terjadi lagi," katanya.