Senin, 29 September 2025

Kecelakaan Kereta di Semarang

Kereta Seruduk Truk di Semarang, Publik Soroti Sistem Pengereman Kereta Api, Ini Penjelasan KAI

Publik menyoroti sistem pengereman transportasi kereta api pasca insiden tabrakan antara kereta api dengan truk di Semarang

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
HO
Salah satu Gerbong Kereta Api milik PT KAI. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Publik menyoroti sistem pengereman transportasi kereta api pasca insiden tabrakan antara kereta api dengan truk di Semarang dan Bandar Lampung pada Selasa (18/7/2023) lalu.

Ramainya perbincangan perihal tersebut, VP Public Relations KAI Joni Martinus langsung memberikan penjelasan.

Menurut Joni, secara sistem pengereman, kereta api merupakan jenis transportasi yang apabila melakukan proses pengereman maka membutuhkan jarak pengereman agar benar-benar berhenti.

Baca juga: Sopir Truk Trailer yang Ditabrak Kereta Api Brantas di Semarang Bantah Kabur: Saya Akui Salah Jalur

“Berbeda dengan transportasi darat pada umumnya, kereta api memiliki karakteristik yang secara teknis tidak dapat dilakukan pengereman secara mendadak," jelas Joni dalam pernyataannya, Jumat (21/7/2023).

"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan berhati-hati sebelum melewati perlintasan sebidang,” sambungnya.

Joni pun membeberkan 2 faktor utama yang menyebabkan kereta api tidak dapat mengerem mendadak.

Pertama, panjang dan berat rangkaian Kereta Api yang menyebabkan kereta api tidak dapat berhenti mendadak.

Makin panjang dan berat rangkaiannya, maka jarak yang dibutuhkan kereta api untuk dapat benar-benar berhenti akan semakin panjang.

Di Indonesia, rata-rata 1 rangkaian kereta penumpang terdiri dari 8-12 kereta (gerbong) dengan bobot mencapai 600 ton, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya.

Baca juga: Sopir Truk Trailer yang Ditabrak Kereta Api Brantas di Semarang Bantah Kabur: Saya Akui Salah Jalur

Dengan kondisi tersebut, maka akan dibutuhkan energi yang besar untuk membuat rangkaian kereta api berhenti.

Kedua, sistem pengereman yang dipakai pada kereta api di Indonesia pada umumnya menggunakan sistem jenis rem udara.

Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.

Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti.

Walaupun kereta api telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.

Baca juga: Truk Lowbed Sebaiknya Dilarang Melintas di Persimpangan Kereta, Ground Clearance Terlalu Rendah

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan