Elyaza, Kerajinan Daur Ulang yang Tumbuh dari Pandemi dan Menggerakkan Masyarakat
Dengan menggunakan plastik bekas yang ada di rumah, ia akhirnya menemukan teknik menganyam plastik untuk dijadikan tas.
Penulis:
Andra Kusuma
TRIBUNSHOPPING.COM - Di tengah tantangan ekonomi akibat pandemi COVID-19, banyak orang yang merasakan dampak negatif, termasuk Novi Tri Rahayu, seorang warga Wonogiri yang kini menjadi pendiri Elyaza, sebuah usaha kerajinan tangan yang memanfaatkan plastik daur ulang.
Namun, daripada menyerah, Novi justru memanfaatkan kesempatan untuk menciptakan peluang bisnis kreatif yang tidak hanya membantu perekonomian keluarganya, tetapi juga memberdayakan masyarakat di sekitarnya.
Perjalanan Elyaza: Dari Kebingungan Hingga Menjadi Usaha yang Kuat
Elyaza berawal dari kebingungan Novi saat pandemi melanda.
Tanpa modal besar dan tidak tahu harus mulai usaha apa, Novi mencari inspirasi melalui internet.
"Waktu itu saya bingung harus mulai usaha apa karena pandemi. Lalu saya melihat banyak plastik, dan mencoba mencari cara untuk membuat tas dari plastik," cerita Novi Tri Rahayu saat diwawancarai oleh Cenderaloka pada Senin, 30 April 2025.
Dengan menggunakan plastik bekas yang ada di rumah, ia akhirnya menemukan teknik menganyam plastik untuk dijadikan tas.

Meski mengalami banyak kegagalan di awal, Novi tidak pernah menyerah.
"Saya mencoba, gagal, belajar lagi, dan terus gagal. Namun, akhirnya saya berhasil. Setelah itu, saya mengajak warga sekitar untuk belajar bersama," katanya.
Dengan semangat dan kerja keras, Elyaza mulai berkembang secara perlahan.
Dari yang awalnya dikerjakan sendiri, kini Elyaza telah memiliki delapan karyawan tetap yang membantu dalam proses produksi.
Novi menekankan bahwa keberhasilannya tidak hanya karena kemampuan pribadinya, tetapi juga berkat semangat kebersamaan dan keberanian untuk memulai usaha meskipun tanpa modal besar.
Fokus Serius Sejak Pandemi, Menjangkau Pasar Offline dan Online
Meskipun telah bereksperimen sejak 2018, Novi baru mulai serius mengembangkan usaha ini saat pandemi.
Awalnya, penjualan Elyaza sangat terbatas.
Ia mulai menitipkan produknya ke berbagai toko fashion, seperti butik dan toko tas.
Lama kelamaan, pesanan mulai berdatangan satu per satu.
"Awalnya pesanan masih sangat sedikit, jadi saya titipkan barang di toko-toko fashion, seperti butik dan toko tas. Pokoknya yang punya toko," jelasnya.
"Setelah itu, mulai ada orderan satu atau dua. Kemudian, saya mulai merambah ke Shopee," tambah Novi.

Tidak ingin hanya bergantung pada penjualan offline, Novi pun mencoba menjual produknya di platform e-commerce seperti Shopee.
Namun, biaya potongan sebesar 12 persen dan algoritma yang kurang mendukung produk UMKM membuatnya kesulitan untuk bertahan secara konsisten di marketplace.
"Namun, Shopee sekarang potongannya 12 persen, jadi saya memutuskan untuk kembali fokus ke offline," ujar Novi.
Meski demikian, Elyaza tetap berusaha menjangkau pasar dengan berbagai cara.
Saat ini, Novi dan tim Elyaza aktif berpartisipasi dalam pameran UMKM serta stan lokal di Wonogiri dan Solo.
Walaupun harus membayar untuk ikut, ia melihat ini sebagai investasi untuk memperkenalkan merek Elyaza ke khalayak yang lebih luas.
Produk yang Bervariasi, Handmade, dan Bisa Disesuaikan Keinginan

Salah satu keunggulan Elyaza adalah produk-produknya dibuat secara handmade tanpa bantuan mesin.
Proses anyaman dilakukan manual oleh para karyawan.
Karena sepenuhnya mengandalkan tangan, kualitas menjadi fokus utama.
Setiap produk yang akan dijual selalu melewati proses sortir. Jika ada hasil yang miring atau tidak sesuai urutan anyaman, produk tersebut dijual dengan harga khusus.
“Karena kami handmade, kualitas harus dijaga. Kami lakukan penyortiran sebelum barang sampai ke konsumen,” jelas Novi.
Produk Elyaza pun sangat bervariasi.
Selain tas dari plastik, mereka juga memproduksi tempat tisu, souvenir kecil seharga Rp10 ribuan, hingga produk-produk custom sesuai permintaan pelanggan.
Novi bahkan melayani permintaan khusus seperti tas berbahan kain tenun, batik ecoprint, hingga perpaduan material lain yang lebih eksklusif.
Inilah yang membuat Elyaza fleksibel dan menjangkau berbagai segmen pasar.
Sumber Bahan dan Teknik Produksi yang Fleksibel

Elyaza mengadopsi sistem pembelian bahan baku secara langsung maupun melalui kerja sama konsinyasi dengan penyedia.
Yang menarik, proses produksi di Elyaza tidak terikat pada teknik tertentu.
Novi justru memberikan kebebasan bagi para karyawannya untuk berkreasi, sehingga setiap produk yang dihasilkan memiliki ciri khasnya masing-masing.
"Jika saya memaksa semua hasil harus seragam, mencari karyawan akan sulit dan mereka bisa cepat keluar. Jadi, saya memberi mereka kebebasan untuk berkreasi, asalkan kualitas tetap terjaga," ujarnya.
Fleksibilitas ini menjadi nilai tambah bagi Elyaza.
Dengan membiarkan kreativitas berkembang, para perajin merasa lebih nyaman dan loyal, yang pada gilirannya berkontribusi pada kelancaran produksi.
Tantangan Pemasaran di Era Digital

Meskipun Elyaza memiliki produk yang unik dan berkualitas, tantangan terbesar tetap pada pemasaran digital.
Novi mengaku masih kurang familiar dengan teknologi.
"Saya masih belum begitu menguasai teknologi, sebenarnya sudah mencoba memasarkan di Shopee, tapi kenapa produk saya belum dikenal lebih luas," kata Novi.
"Penjualannya tidak banyak, hanya sekitar 1.000 hingga 2.000 pcs. Di Shopee memang ada yang membeli, tapi jumlahnya masih sedikit," tambahnya.
Meski sudah mencoba platform seperti Shopee dan TikTok, produk Elyaza belum berhasil viral atau dikenal secara luas seperti yang diharapkannya.
"Kadang, saat saya live di TikTok, yang membeli cuma satu atau dua orang. Padahal harga produk kami sudah sangat terjangkau," ungkap Novi.
Namun, Novi tidak menyerah. Ia terus mencari berbagai cara untuk memasarkan produknya, termasuk dengan menetapkan harga yang berbeda untuk segmen pasar tertentu.
Untuk anak-anak, Elyaza menawarkan produk dengan harga yang lebih terjangkau.
Sementara untuk segmen ibu-ibu hingga produk dengan kelas lebih tinggi, Elyaza menambahkan aksesoris seperti manik-manik agar tampil lebih elegan.
"Kami punya berbagai tingkat harga. Untuk anak-anak, harganya satu, untuk ibu-ibu berbeda, dan untuk produk yang lebih mewah, kami tambahkan aksesoris atau manik-manik agar lebih eksklusif," jelas Novi.
Dengan cara ini, Elyaza dapat menjangkau berbagai segmen pasar, dari yang lebih ekonomis hingga yang lebih mewah.
Baca juga: Cenderaloka: Platform Jual Beli Produk Kerajinan dan UMKM Langsung dari Perajin Lokal
Berdayakan Warga, Jaga Lingkungan, dan Bangun Merek Lokal

Elyaza bukan hanya sebuah usaha kerajinan tangan, tetapi juga sebuah contoh nyata dari pemberdayaan masyarakat dan perhatian terhadap lingkungan.
Dengan memanfaatkan plastik bekas, Elyaza membantu mengurangi sampah sambil mengubahnya menjadi produk yang bernilai jual.
Selain itu, Novi telah menciptakan peluang kerja bagi warga sekitar yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap.
Dalam waktu singkat, Elyaza berhasil menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk berkembang.
Semangat dan ketekunan Novi menjadi inspirasi, khususnya bagi pelaku UMKM di daerah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News (*)
Sumber: TribunJualBeli.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Dari Hobi Menjahit hingga Fashion Berkelanjutan: Kisah Inspiratif Anita Alvin dari Klaten |
![]() |
---|
Holding UMKM Dinilai Dapat Mudahkan Pelaku Usaha Kecil Mengakses KUR |
![]() |
---|
Berawal dari Rumah, Alodie Collection Tembus Pasar Nasional Lewat Ecoprint |
![]() |
---|
Melestarikan Budaya Lewat Batik, Kisah Perjalanan Batik Tresno Dharma |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.