Rabu, 17 September 2025

PMI Manufaktur Indonesia Melorot, Pelaku Industri RI Tunggu Kebijakan Baru Prabowo

Kontraksi yang terjadi dalam survei PMI Manufaktur bisa saja disebabkan oleh pelaku industri yang sedang menunggu langkah pemerintah.

Tribunnews/Endrapta
TUNGGU KEBIJAKAN PRABOWO - Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam. Kontraksi yang terjadi dalam survei PMI Manufaktur bisa saja disebabkan oleh pelaku industri yang sedang menunggu langkah pemerintah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia April 2025 kontraksi ke angka 46,7 poin, menurut laporan S&P Global.

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam menyampaikan, hal tersebut menjadi wajar sebab selama ini PMI terus ekspansi.

"Biasanya naik, jadi memang biasa lah, itu seasonal. Januari, Februari naik karena permintaan lebaran. Sekarang turun, masih menunggu sentimen positif lagi. Tapi kita lihat lebih ke arah yang seasonal untuk penurunan ini," tutur Bob saat ditemui Wartawan di Jakarta, Selasa (6/5/2025).

Baca juga: PMI Manufaktur RI di April 2025 Merosot, Industri Otomotif Sudah Prediksi Sejak Awal

Kontraksi yang terjadi dalam survei PMI Manufaktur bisa saja disebabkan oleh pelaku industri yang sedang menunggu langkah pemerintah.

Terlebih pemerintah tahun ini terhitung baru, dengan Presiden Prabowo Subianto yang baru menjabat di akhir tahun lalu.

Dengan pemerintahan baru, biasanya akan diberlakukan kebijakan-kebijakan baru, yang akhirnya membuat industri menunggu.

"Biasanya pemerintahan baru ada kebijakan baru yang mendorong industri berkembang. Jadi menurut saya, pasar lagi menunggu kebijakan-kebijakan baru untuk nanti dia akan naik lagi," ucap Bob.

Tahun lalu, menurutnya PMI Manufaktur Indonesia juga sempat turun, namun bisa kembali bergerak ke fase ekspansi.

Selain menunggu kebijakan baru, industri juga memerlukan kebijakan yang dapat mengakselerasi permintaan pasar, seperti insentif.

"Terutama insentif-insentif untuk menggerakkan permintaan, karena permintaan sedang melemah, kredit juga turun. Jadi apa nih kebijakan-kebijakan pemerintah, terutama insentif yang bisa menggerakkan permintaan," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan