Senin, 25 Agustus 2025

Bos Danantara Bela PLN yang Disebut Merugi: Mereka Tak Semata-mata Cari Keuntungan

CEO Danantara Rosan Roeslani membela PT PLN (Persero) yang kinerjanya disebut merugi padahal bisnisnya monopolistik.

Tribunnews/Taufik Ismail
BANTAH MERUGI - CEO Danantara Rosan Roeslani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, (20/5/2025). CEO Danantara Rosan Roeslani membela PT PLN (Persero) yang kinerjanya disebut merugi. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Danantara Rosan Roeslani membela PT PLN (Persero) yang kinerjanya disebut merugi saat menjadi pembicara dalam acara Meet The Leaders di Universitas Paramadina, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (13/6/2025) malam.

Di forum tersebut Rosan mendapat pertanyaan dari seorang peserta. Dia bertanya kepada Rosan penyebab sebenarnya PLN bisa merugi, padahal perusahaan plat merah itu tidak memiliki kompetitor alias memonopoli bisnis jualan setrum.

Menurut Rosan, PLN sebetulnya tidak merugi karena mereka selalu berkontribusi melalui setoran dividen kepada negara. "PLN ini sebetulnya tidak merugi karena ada kontribusi juga dari segi dividennya. Jadi, tidak merugi," katanya

Rosan mengatakan, PLN memiliki tugas membangun kelistrikan ke tempat-tempat terpencil di Indonesia.

Mereka membangun kelistrikan sampai pegunungan yang ada di Papua, sehingga secara finansial harus dilakukan subsidi silang.

Hal yang dilakukan PLN di situ dinilai sebaga peran mereka menjadi agent of development.

"Jadi, memang ada peran lain BUMN tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga bagaimana meningkatkan pembangunan di negara yang kita cinta ini," ujar Rosan.

"Tapi tentu itu bukan alasan. Saya memahami, tetapi pada intinya ya PLN ini tidak rugi," ucapnya.

Rosan yakin ke depan kinerja PLN akan makin baik, efisien, dan produktif. Berdasarkan informasi yang ia terima, PLN menargetkan penggunaan energi baru terbarukan mencapai 76 persen hingga 2034.

Baca juga: Daftar Biaya Tambah Daya Listrik PLN Berlaku Juni 2025, Cek Simulasi Biaya di Aplikasi PLN Mobile

Jika dilihat dari segi biaya, Rosan memandang pada awalnya memang akan relatif lebih tinggi. Namun, dalam jangka panjang, dampaknya disebut akan sangat positif.

"Indonesia juga pada tahun 2060 sudah committed to have net zero emission. Even now mau lebih ambitious pada tahun 2050. Nah PR-nya kan harus kita kerjakan dari sekarang," kata Rosan.  

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan