APERSI: Rumah Subsidi 18 Meter Lebih Tepat Dibangun di Kota Penyangga
Apersi menilai rumah dengan luas bangunan 18 meter persegi lebih cocok dibangun di kota-kota penyangga, bukan di pusat kota.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Sanusi
Ia menjelaskan bahwa dari berbagai diskusi dengan pengembang dan peneliti, diketahui bahwa komponen terbesar dari harga rumah adalah tanah, diikuti oleh perizinan.
"Tanah adalah isu utama jika kita bicara perumahan dan kebijakan perumahan sosial," kata Fahri.
"Konsumsi lahan meningkat pesat, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa, sementara ketersediaan lahan terus menyusut. Harga tanah meningkat setiap tahun. Kalau dua hal ini bisa kita tangani, maka kita bisa menekan hingga 50 persen dari harga rumah," jelasnya.
Fahri menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh bersaing dengan pasar dalam urusan tanah, melainkan menjadi fasilitator agar masyarakat dapat mengakses hunian dengan harga terjangkau.
Sementara itu, sektor konstruksi dan teknologi pembangunan bisa dibiarkan berkembang secara kompetitif oleh swasta.
Kementerian PKP Ungkap Alasan Lippo Group Jadi yang Pertama Pamerkan Desain Rumah Subsidi di Kota |
![]() |
---|
Dirjen Kementerian PKP Ramal Cicilan Rumah Subsidi di Kota Hanya Rp 600-700 Ribu Per Bulan |
![]() |
---|
Rencana Kementerian PKP Kurangi Minimal Luas Rumah Subsidi Dinilai Langgar Standar Minimum Hunian |
![]() |
---|
Desain Rumah Subsidi di Perkotaan Banjir Respons Negatif, Kementerian PKP: Yang Positif Juga Banyak |
![]() |
---|
Luas Minimal Rumah Subsidi Dikurangi Jadi 18 Meter, Menteri Ara Klaim Tetap Layak Huni |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.