Senin, 11 Agustus 2025

Badai PHK

Pekerja Dibayangi Badai PHK, Buruh Ungkap Biang Keroknya, Singgung Data 'Asal Bapak Senang'

Berdasarkan data Sakernas BPS periode Agustus 2024 sampai dengan Februari 2025, telah terjadi PHK 939.038 Pekerja dari 14 jenis sektor usaha (KBLI). 

|
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
BADAI PHK - Ribuan buruh pulang kerja di salah satu pabrik di Jalan Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan data Sakernas BPS periode Agustus 2024 sampai dengan Februari 2025, telah terjadi PHK 939.038 Pekerja dari 14 jenis sektor usaha (KBLI).  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serikat pekerja/buruh meminta pemerintah mencari cara cegah badai pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga memberikan data yang benar kepada masyarakat.

Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara atau biasa disebut dengan KSPN Nusantara, telah menyampaikan sudah banyak buruh di PHK dan yang masih bekerja dibayang-bayangi PHK.

KSPN Nusantara dibentuk dan dideklarasikan oleh tujuh Federasi serikat pekerja/serikat buruh di tingkat Nasional 1 Juni 2022 di Hotel Grasia Semarang.

Presiden KSPN Nusantara, Ristadi mengatakan, kebijakan adanya relaksasi impor yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8/2024 membuat Indonesia dibanjiri barang impor murah.

Baca juga: Kemnaker Gandeng Sampoerna Pulihkan Tenaga Kerja lewat Program Peduli PHK

"Akibatnya barang produksi dalam negeri tidak laku dipasaran, sehingga menurunkan utilisasi perusahaan dan korbanya adalah pekerja, di PHK," kata Ristadi kepada Tribunnews.com, Minggu (10/8/2025).

Selain itu, Ristadi menyebut, belanja pemerintah menurun kepada industri jasa dan barang karena kebijakan efesiensi anggaran belanja negara, turut menekan industri barang jasa.

"Selama ini mereka menggantungkan roda bisnisnya dari belanja pemerintah, sekarang terpuruk dan melakukan PHK," ucapnya.

Berdasarkan data Sakernas BPS periode Agustus 2024 sampai dengan Februari 2025, telah terjadi PHK 939.038 Pekerja dari 14 jenis sektor usaha (KBLI). 

Pada periode yang sama, terjadi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebanyak 523.383 pekerja. Dengan demikian di periode tersebut, terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 415.655 pekerja, dan yang paling banyak terjadi di sektor tekstil, produk tekstil dan alas kaki. 

Ristadi pun menyampaikan, ancaman PHK besar akan terus membayangi jika barang-barang impor dengan harga lebih murah terus membanjiri pasar domestik, ditambah menurunya tingkat konsumsi dalam negeri.

"Segera tingkatkan kembali belanja pemerintah kepada industri barang dan jasa dalam negeri, sehingga rantai pasok barang dalan negeri dari hulu bisa bergerak terserap," paparnya.

Asal Bapak Senang

Presiden KSPI, Said Iqbal mempertanyakan data yang disampaikan Kementerian Perindustrian, di mana serapan tenaga kerja dalam semester 1 2025 adalah 303 ribu orang dan diklaim jumlahnya lebih besar dari angka PHK yang terjadi pada semester yang sama.

"Data ini patut diduga hanya untuk "asal bapak senang dan bersifat politis" yang seolah-olah kondisi dunia ketenagakerjaan baik-baik saja di tengah hantaman gelombang PHK besar-besaran di sektor riil," papar Said.

Ada beberapa alasan mengapa buruh menyatakan data Kemenperintentang serapan tenaga kerja 303 ribu orang ini diduga "asal bapak senang dan bersifat politis".

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan