Senin, 18 Agustus 2025

Sikapi Polemik Rekrutmen LNG Tangguh, Senator Filep Minta Pemerintah Melakukan Intervensi

Pembangunan kapasitas SDM pekerja asal Papua harus menjadi agenda rutin dan prioritas sebagai wujud kaderisasi.

Ist
POLEMIK LNG PAPUA - Senator Papua Barat Filep Wamafma. Ia mengingatkan operasional BP LNG Tangguh harus berjalan sesuai dengan semangat dan komitmen AMDAL bagi masyarakat Bintuni dan masyarakat Papua. 

TRIBUNNEWS.COM, PAPUA BARAT - Senator Papua Barat, Filep Wamafma merespons keluhan dan aspirasi Serikat Pekerja LNG Tangguh (SPLT) dan Solidaritas Pekerja Papua di LNG Tangguh Provinsi Papua Barat terkait permasalahan rekrutmen tenaga kerja operator kilang yang dinilai tidak berpihak dan terindikasi diskriminatif terhadap pekerja asal Papua.

Sebagaimana diketahui, kalangan pekerja asal Papua menyatakan penolakan tegas yang difasilitasi SPLT atas rekrutmen teknisi/operator LNG Tangguh yang sedang berlangsung karena dinilai berpotensi tidak mengakomodir pekerja asal Papua dengan syarat penerimaan yang terlalu tinggi.

Filep Wamafma yang telah lama menyuarakan kritik terhadap dampak operasional dan kontribusi BP LNG Tangguh di Bintuni itu mendesak pemerintah untuk memperhatikan dan mengintervensi kebijakan penerimaan tenaga kerja agar berpihak pada tenaga kerja asal Papua.

Baca juga: LNG HUB Dibangun di Bandung untuk Distribusikan LNG ke Hotel, Restoran, dan Kafe

Anggota DPD RI dari Papua Barat ini mengingatkan operasional BP LNG Tangguh harus berjalan sesuai dengan semangat dan komitmen AMDAL bagi masyarakat Bintuni dan masyarakat Papua.

“Di momen HUT RI ke-80 tahun ini, saya meminta bapak Presiden Prabowo untuk memperhatikan kehendak dan aspirasi masyarakat pekerja asal Papua yang saat ini terindikasi diperlakukan diskriminatif oleh BP Tangguh," ujar Filep dalam keterangannya, Minggu (17/8/2025).

Menurut dia  polemik rekrutmen ini sangat krusial karena menyangkut hak-hak dasar orang Papua terutama untuk berkehidupan layak di atas tanahnya sendiri, masyarakat harus mendapat kesempatan kerja atas pengelolaan SDA yang diambil dari tanah Papua di Bintuni.

“Apalagi wakil pemerintah yakni SKK Migas memiliki hubungan penting dengan operasional LNG Tangguh sebagai pengawas dan regulator kegiatan hulu migas terlebih proyek LNG adalah strategis saat ini. Tentu kita tahu, SKK Migas juga mendukung pengembangan potensi lokal dalam proyek Tangguh, termasuk penggunaan tenaga kerja lokal dan kerjasama dengan industri lokal. Maka dalam domain ini, negara harus hadir mengawal komitmen dan keberpihakan terhadap masyarakat lokal sesuai AMDAL (analisis dampak lingkungan),” tegasnya.

Lebih lanjut, pace yang saat ini menjabat Ketua Komite III DPD RI itu menekankan agar pemerintah tegas mengutamakan kepentingan rakyat atas korporasi dengan langkah bijaksana.

Menurutnya, pembangunan kapasitas SDM pekerja asal Papua harus menjadi agenda rutin dan prioritas sebagai wujud kaderisasi dan regenerasi internal BP Tangguh.

“Kami menerima keluhan bahwa syarat dan kualifikasi penerimaan teknisi atau operator kilang terlalu tinggi juga syarat pengalaman kerja yang tinggi pula 6 tahun untuk Sarjana dan 8 tahun untuk D-III, ini menutup peluang bagi tenaga kerja Papua masuk maupun pekerja untuk naik posisi pada level senior teknisi," katanya.

"Saya mendukung solusi yang diajukan oleh serikat pekerja Papua agar rekrutmen dilakukan dengan merekrut teknisi asal Papua baik fresh graduate maupun yang sudah bekerja untuk dikader melalui training khusus dengan skema percepatan yang disebut Junior Technician Accelerated Programme. Program ini juga akan memberi solusi kebutuhan SDM bagi LNG,” urai Filep.

Menurut dia inisiatif ini sangat lazim di dunia industri saat ini.

"Kita mengenal Management Trainee (MT) dan Fresh Graduate Development Program (FGDP) dalam mekanisme rekrutmen sekaligus pengembangan karir di perusahaan-perusahaan asing maupun dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil yang mendesak diperlukan perusahaan. MT untuk bidang manajerial dan FGDP bisa untuk banyak bidang. Ini bisa diterapkan untuk tenaga kerja Papua,” kata Filep.

Filep Wamafma pun menegaskan akan mengawal dan menyampaikan persoalan ini kepada kementerian/lembaga berwenang untuk segera ditindaklanjuti.

Dia berharap semua stakeholder terkait tetap berkomitmen mengawal keberpihakan kepada masyarakat lokal agar tetap berjalan konsisten dan berkelanjutan di semua sektor.

Dr. Filep Wamafma, S.H., M.Hum tokoh pemuda asal Papua Barat yang menjabat Anggota DPD RI.

Lahir 14 Juni 1978 di Biak, Papua, dia berlatar belakang belakang sebagai akademisi dan aktivis hukum.

Pertama kali terpilih sebagai anggota DPD RI pada Pemilu 2019 dengan perolehan suara signifikan dari Papua Barat.

Pernah menjabat sebagai Ketua STIH Manokwari (Sekolah Tinggi Ilmu Hukum) selama dua periode: 2015–2019 dan 2019–2023.

Dan kini dipercaya sebagai Ketua Komite III DPD RI, yang membidangi isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan kesejahteraan sosial.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan