Senin, 1 September 2025

Indonesia Punya Dua SWF, Ekonom Optimis Hasilkan Investasi Terbaik

INA dan Danantara bisa saling bekerja sama baik dengan penugasan yang berbeda ataupun sama sekalipun.

Penulis: Wahyu Aji
Tangkap layar Nusantara TV
LEMBAGA INVESTASI - Ekonom Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin. Ia menyebut INA dan Danantara bisa saling bekerja sama baik dengan penugasan yang berbeda ataupun sama sekalipun. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberadaan dua lembaga Sovereign Wealth Fund (SWF) di Indonesia yakni Danantara dan INA dinilai justru bisa memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan investasi global.

SWF adalah dana investasi milik pemerintah yang dikelola untuk tujuan jangka panjang, seperti stabilisasi ekonomi, pembangunan nasional, dan pengelolaan aset negara.

Dana ini biasanya berasal dari surplus pendapatan negara, seperti hasil ekspor sumber daya alam (minyak, gas, mineral), cadangan devisa, atau surplus anggaran.

Baca juga: Danantara Tegaskan Komitmennya Serap Gula Petani dan Gerakkan Pedagang untuk Jaga Stabilitas Pasar

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan banyak negara di dunia yang mempunyai SWF lebih dari satu.

Ini misalnya Singapura, China, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, hingga Korea Selatan. Ia menilai Singapura misalnya membedakan tugas masing-masing SWF miliknya.

“GIC fokus pada return dan harus berinvestasi di luar Singapura,” katanya kepada wartawan, Senin (1/9/2025).

Wijayanto Samirin adalah seorang ekonom senior Indonesia yang dikenal luas sebagai praktisi kebijakan publik dan akademisi.

Lulusan Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Gadjah Mada dan Master of Public Policy (MPP) dari Georgetown University, AS ini menyebut, Temasek fokus pada tugas-tugas strategis untuk membuat Singapura selalu menjadi hub penting ekonomi kawasan.

Sekitar 27 persen investasi Temasek berada di dalam negeri, sementara sisanya di luar negeri.

Menurutnya, INA dan Danantara bisa saling bekerja sama baik dengan penugasan yang berbeda ataupun sama sekalipun.

“Tidak ada masalah. Danantara dan INA bisa kolaborasi menggarap proyek yang sama, atau berbeda sama sekali,” katanya.

Wijayanto juga menyebut ketika keduanya bersaing pun tidak ada persoalan.

“Justru bagus Indonesia yang akan menikmati aliran investasi terbaik,” katanya.

Salah satu bentuk kolaborasi yang sedang dijajaki adalah kerjasama tiga pihak antara INA, Danantara dan perusahaan Perancis, Eramet.

Ketiga entitas tersebut tengah menjajaki pembentukan platform investasi strategis di sektor nikel, mulai dari operasi hulu hingga hilir.

Danantara dan INA juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Eramet untuk kerja sama pengelolaan mineral kritis yang mendukung ekosistem kendaraan listrik dan hilirisasi nikel.

Kesepakatan tersebut merupakan bagian dari 21 komitmen antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka Jakarta pada 28 Mei 2025.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan