Senin, 24 November 2025

Menkeu Purbaya Tantang Rocky Gerung Minta Maaf Jika Ekonomi Tumbuh 6 Persen

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melihat kritikan akademisi Rocky Gerung hal yang biasa sebagai pejabat publik

|
Editor: Sanusi
Dennis Destryawan/Tribunnews.com
KRITIK ROCKY -- Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa saat konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025). Purbaya meminta Rocky Gerung minta maaf, jika ekonomi Indonesia tumbuh 6 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melihat kritikan akademisi Rocky Gerung hal yang biasa sebagai pejabat publik.

Purbaya dikritik Rocky Gerung yang disebutnya sebagai pura pura banyak gaya. Purbaya tidak mempersoalkan kritik tersebut. Dia mencontohkan pada Pemilihan Presiden 2024 lalu, Presiden Prabowo Subianto dipilih oleh lebih dari 58 persen. Meski begitu, masih ada sisanya yang memilih kandidat lain.

"Kan semuanya tidak bisa puas. Itu presiden saja kepilih berapa? 58, 30 aja kan tidak puas kan? Itu hal yang wajar," ujar Purbaya di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

Di sisi lain, menurut Purbaya, masyarakat bisa berubah seiring berjalan waktu. Terutama, jika bisa membuktikan melalui kinerja positif. Purbaya mengatakan, hal itu pun seharusnya berlaku terhadap Rocky Gerung. Jika nantinya ekonomi tumbuh di angka 6 persen.

"Dengan berjalannya waktu, kalau saya bisa balikin ekonomi dari 5 ke 6 persen atau lebih lagi, Rocky Gerung harus minta maaf ke saya. Minta maaf ke publik juga tidak apa-apa," ujar Purbaya. 

Purbaya tak mempersoalkan kritik-kritik yang datang kepadanya. Sebab, kritik juga bagian dari kontrol kerja kerja pemerintah.

"Itu semacam kontrol juga buat saya. Jangan terlena juga, tidur mulu. Mentang-mentang di kementerian keuangan anak buah yang banyak, gaji naik, terus tidur. Saya ke sini bukan untuk tidur. Itu kritik positif menurut saya.

Tapi salah satu hal yang dia bilang katanya saya cuma juru bayar, tidak betul," tutur Purbaya.

Akademisi Rocky Gerung kerap kali mengkritisi Purbaya. Misalnya, Rocky menyampaikan bahwa perrtumbuhan ekonomi tidak datang dari kebijakan menteri keuangan.

“Justru yang paling menentukan adalah kementerian teknis seperti perindustrian, perdagangan, dan pertanian, yang ironisnya dikuasai politisi ‘copet’,” ujar Rocky dalam YouTube Mardani Ali Sera, Rabu (17/9/2025 lalu.

Ia juga mengkritisi bahwa Purbaya hadir dalam ekosistem politik yang penuh dominasi kepentingan. Menurutnya, infrastruktur yang seharusnya menopang target pertumbuhan 8 persen justru dikendalikan oleh politisi yang ia sebut sebagai “copet”.

Selain itu, Rocky juga pernah memplesetkan nama Purbaya dengan pura-pura banyak gaya.

“Purbaya itu pura-pura banyak gaya,” kata Rocky dikutip di YouTube, Selasa (23/9/2025).

Hal tersebut, merespons pernyataan Purbaya yang menyinggung dirinya terkait kritik yang selama ini dilontarkan ke Presiden ke-7 Jokowi. Purbaya meminta Rocky kembali belajar ekonomi.

“Saya mau ulangi yang dikatakan Purbaya. Itu contoh pertama ketika seseorang dapat kedudukan yang istimewa untuk menyelenggarakan republik, dia memulai dengan membela rezim sebelumnya,” ujar Rocky.

“Ini sudah kacau ini Purbaya,” sambungnya.

Kritik

Dalam sebuah kesempatan, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan untuk menjadi negara maju, dimana keluar dari apa yang disebut middle income trap, maka suatu negara perlu tumbuh double digit selama lebih dari 10 tahun.

"Jadi kalau kita menerima nasib dengan tumbuh 5 persen saja, sudah bagus tuh sudah bagus, ya kita dikutuk akan tetap berada di middle income trap seperti ini, seperti sekarang," kata Purbaya saat berbicara di Forum Great Institute, yang ditayangkan channel YouTube Inti Channel, Senin (14/9/2025).

Karenanya Purbaya mengaku senang ketika Presiden Prabowo mengatakan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi 8 persen.

"Oh, saya senang juga. Oh, bagus nih kita kejar. Enggak gampang, tapi mungkin," katanya.

Purbaya mengatakan saat perang dagang dan perang di Rusia serta Israel berkecamuk, semua orang memperkirakan global akan hancur dan ekonomi akan hancur.

"Di dunia, di luar sana gelap gulita. Kita pun praktiknya akan suram. Indonesia cemas katanya," kata Purbaya.

Ia menambahkan soal prediksi IMF saat itu.

"Waktu IMF mengeluarkan prediksi, Wah, Indonesia akan turun, ekonominya dunia akan turun. Saya bilang waktu itu ya. Jadi saya bilang, Jangan percaya IMF. Mereka enggak pintar-pintar amat," kata Purbaya.

Menurutnya saat itu, Purbaya ditegur karena pernyataannya.

"Saya ditegur tuh, kenapa kamu gaya koboy begitu? Tapi memang saya tahu mereka enggak pintar," jawan Purbaya disambut tawa hadirin.

Purbaya lalu memaparkan data pertumbuhan ekonomi yang menurutnya tak lepas dari peran Joko Widodo (Jokowi) selama menjabat Presiden ke-7 Indonesia. 

Purbaya menampilkan grafik statistik sebagai bantahan terhadap narasi Rocky Gerung yang hadir pula dalam acara itu dan kerap mengkritik bahwa Presiden Jokowi tidak bekerja.

"Jadi saya mau ngritik Pak Rocky Gerung sedikit. Dia suka ngeledekin Jokowi nggak  ngapa-ngapain. Ini loh Pak," kata Purbaya ke Rocky Gerung sambil menunjuk titik dalam grafik yang disambut kembali tawa audiens.

"Jadi ini dipaksa intervensi langsung oleh Presiden (Jokowi) sampai ke sana. Jadi, Presiden Jokowi itu berjasa buat  kita walaupun di sampingnya ada saya sih," tutur dia, disambut tawa audiens lagi.

Dengan setengah bercanda, Purbaya pun meminta agar Rocky Gerung belajar ekonomi kembali.

"Jadi, Pak Rocky mungkin sedikit belajar ekonomi lagi, Pak," katanya yang disambut tawa audiens.

Dengan begitu, kata Purbaya, Rocky bisa paham apa hasil kerja dari pemerintahan.

Meski begitu, ia mengaku mengagumi Rocky Gerung.

"Gua senang bisa ngledek Rocky di sini. Kalau di sana dia berkuasa, di sini saya berkuasa," katanya.

"Pak Rocky setiap itu saya lihat tuh pidato Anda itu menarik sekali. Jadi saya ikutin ahli filsafat. Mumpung bisa kritik, saya kritik di sini," kata dia disambut tawa peserta yang hadir.

Dalam selipan canda yang tajam, Purbaya ingin menunjukkan bahwa kinerja pemerintahan tak selalu tampak di permukaan.

Tapi, menurutnya data berbicara.

Ia mengatakan kritik boleh, namun memahami angka-angka ekonomi yang menopang negara, juga sangat penting.

Purbaya meneruskan, setelah intervensi Jokowi kala itu, pertumbunuhan ekonomi diturunkan lagi.

"Ini yang Anda rasakan betapa tahun 2003, 2004 pertengahan sampai akhir itu, ekonomi susah lagi. Keluarlah Indonesia suram dan lain-lain. Bukan dari politik, tapi dari ekonomi yang dibunuh penyebab utamanya," kata Purbaya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved