Tangan-Tangan Perempuan Tangguh Tapanuli Selatan Menghidupkan Ekonomi Daerah
Melalui usaha, ketekunan dan dukungan dari berbagai pihak, UMKM lokal di Tapanuli Selatan membuktikan bahwa mereka bisa bersinar dari bumi Andalas.
TRIBUNNEWS.COM - Di balik geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Tapanuli Selatan, ada kisah-kisah perjuangan perempuan tangguh yang berhasil mengubah hobi menjadi sumber penghidupan dan kebanggaan daerah.
Berbekal semangat dan pendampingan dari PT Agincourt Resources (PTAR), mereka tak hanya bertahan, tapi juga berkembang menjadi pelaku usaha yang berdaya saing dan berdampak.
Dua di antaranya adalah Shanty Budi Lestari (36), perajin Batik Tapsel (Tapanuli Selatan) asal Batang Toru, dan Srilinna Yanti Galingging (37), Make Up Artist (MUA) yang kini tengah merintis usaha Wedding Organizer bersama komunitasnya.
Keduanya menapaki jalur berbeda, namun memiliki kesamaan yaitu tumbuh bersama dukungan nyata dari PTAR.
Batik Tapsel sebagai Wujud Cinta Budaya

Shanty Budi Lestari atau Shanty, memulai perjalanan membatik dari kecintaannya pada seni dan budaya lokal.
Ia tidak hanya menciptakan motif, tetapi juga mengangkat filosofi hidup masyarakat dan kekayaan alam Tapanuli Selatan.
Batik buatannya memiliki keunikan tersendiri yang membedakan dari motif klasik daerah lain.
Motif-motif khas yang digarap Shanty menjadi representasi budaya daerah, menjadikan Batik Tapsel bukan hanya produk kerajinan, tapi juga identitas lokal yang membanggakan.
“Berbeda dengan motif yang ada di Jawa, motif Batik Tapsel terinspirasi dari keanekaragaman alam dan budaya di Tapanuli Selatan, seperti Salak Sibakua, Ampuh yang melambangkan mahkota raja dan ratu Tapanuli Selatan, serta Sungai Batang Toru yang menggambarkan keindahan alam daerah kami,” tutur Santhy saat dihubungi Tribunnews, Jumat (10/10/2025).
Baca juga: Batik Tapsel Jadi Wajah Baru UMKM Lokal, Tumbuh Lewat Pembinaan Berkelanjutan
Dukungan Nyata yang Menguatkan Usaha
Perjalanan Shanty tidak lepas dari pendampingan berbagai pihak, termasuk PTAR.
Melalui pelatihan dan pembinaan yang konsisten, ia mendapatkan bekal teknis membatik, mulai dari teknik dasar hingga penggunaan pewarna alami.
PTAR juga membantu proses legalitas usaha, mulai dari merek dagang hingga belajar mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
“Selain membantu mendatangkan tenaga ahli dalam pelatihan pewarnaan sintetis dan alam. PTAR juga bantu kami untuk urus Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan merek dagang,” ucap shanty.
Dibantu PTAR dengan mendirikan outlet khusus UMKM: Bagas Silua di wilayah tambang menjadi titik temu antara produk lokal dan pasar yang lebih luas.
Produk-produk seperti Batik Tapsel kini dapat dijual secara langsung setiap hari, dan dapat memberi ruang baru baginya untuk berkembang.
Kesempatan Belajar dan Beradaptasi

Tidak berhenti pada peningkatan produksi hingga pendirian bangunan khusus pelaku UMKM saja.
PTAR juga membuka kesempatan bagi Shanty dan perajin Batik Tapsel lainnya untuk belajar langsung tentang pengelolaan limbah batik ke daerah yang lebih maju dalam praktik lingkungan, seperti Solo dan Yogyakarta.
Pendekatan ini tidak hanya memberi pengetahuan teknis saja, tapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya menjalankan usaha yang berkelanjutan (sustainable), dengan meminimalkan dampak negatif terhadap alam.
Merias Wajah, Membuka Jalan Usaha
Di jalur berbeda, Srilinna Yanti Galingging atau sering disapa Lina, saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (10/10/2025) memulai langkahnya dari hobi merias wajah.
Apa yang dulu hanya sekadar kesenangan pribadi, berkembang menjadi layanan make up profesional yang terus tumbuh berkat kegigihan dan respons positif dari lingkungan sekitar.
Melalui pendampingan PTAR, Lina mendapatkan pelatihan tata rias yang lebih profesional bersama perempuan lain di lingkar tambang.
Mereka dibekali keterampilan baru dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai teknik rias modern dan berdaya jual.
“Awalnya cuma iseng-iseng ngerias teman. Eh, lama-lama banyak yang minta, jadi kepikiran buat dijadikan usaha, apalagi ada tawaran menarik ada pembinaan dari PTAR, ” kata Lina.
Mewujudkan Mimpi Melalui Wedding Organizer

Bermula dari sekadar jasa make up, kelompok binaan ini mulai merintis usaha Wedding Organizer sendiri.
PTAR membantu pengadaan alat dan fasilitas yang dibutuhkan untuk operasional, termasuk ruang koordinasi yang tersedia di Bagas Silua.
Saat ini, kelompok tersebut telah siap melayani berbagai permintaan jasa rias dan pernikahan secara profesional.
“Kami sedang proses membangun Wedding Organizer. Jumlah binaan MUA PTAR, ada 23 orang (dengan saya). Rancangannya sudah dari 2024, tapi baru mulai jalan di 2025,” jelas Lina dengan semangat.
Baca juga: Berawal dari Hobi, Lina Kini Bangun Wedding Organizer Berkat Pembinaan PT Agincourt Resources
Bagas Silua sebagai Pusat Kolaborasi UMKM
Baik Shanty maupun Lina kini sama-sama memanfaatkan Bagas Silua sebagai pusat kegiatan usaha mereka.
Tempat ini tidak hanya menjadi lokasi penjualan produk, tapi juga ruang diskusi, pelatihan, dan pertemuan antar pelaku UMKM.
Senior Manager Community Christine Pepah, menyampaikan bahwa dengan adanya Bagas Silua menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakat untuk memperkuat jejaring lokal demi naik kelasnya UMKM sekitar lingkar tambang.
"Kami akan terus memberikan pendampingan dan dukungan kepada para pelaku UMKM agar produk mereka semakin berkualitas dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas," ujarnya.

Komitmen untuk Kemandirian dan Keberlanjutan
PTAR tak hanya memberikan bantuan teknis dan fasilitas, tetapi juga mendengarkan kebutuhan para pelaku usaha.
Baik dalam hal pelatihan, pengelolaan limbah, hingga pengembangan usaha jasa, semua dilakukan dengan pendekatan yang responsif dan solutif.
Dengan pemanfaatan media sosial dan teknologi digital, PTAR mendorong UMKM lokal agar mampu menjangkau pasar lebih luas dan bersaing dengan pelaku usaha dari daerah lain.
Komitmen ini menjadi bagian dari upaya menciptakan ekonomi lokal yang berkelanjutan dan inklusif.
Menjadi Inspirasi Bagi Sekitar
Kisah Shanty dan Lina adalah cermin semangat perempuan di daerah yang mampu bertumbuh melalui kolaborasi yang tepat.
Melalui dukungan, pelatihan, dan ruang berkembang yang diberikan oleh PTAR, mereka membuktikan bahwa usaha lokal pun bisa bersinar, bahkan dari bumi Andalas tepatnya di Tapanuli Selatan.
Keduanya kini menjadi inspirasi bagi banyak pelaku UMKM lain untuk terus berinovasi, berbagi, dan membangun masa depan ekonomi yang lebih mandiri dan berdaya. (*)
(Andrakp/Tribunnews.com)
Jawa Banget, UMKM Kreatif yang Lestarikan Budaya Lewat Kerajinan Bernuansa Aksara Jawa |
![]() |
---|
Suryoart Craft, Dari Hobi Jadi Kerajinan Lokal Bernuansa Budaya yang Mendunia |
![]() |
---|
Fashion Sheffa: Gaya Handmade yang Menjaga Tradisi di Tengah Arus Modernitas |
![]() |
---|
Julia Craft, UMKM Kreatif Asal Klaten dengan Sentuhan Personal di Setiap Produk |
![]() |
---|
Elyaza, Kerajinan Daur Ulang yang Tumbuh dari Pandemi dan Menggerakkan Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.