Rabu, 29 Oktober 2025

Ekspor Produk Tekstil Indonesia ke AS Tembus Rp 30 Triliun

Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dengan kode HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) mencatat surplus perdagangan senilai 1,86 miliar dolar AS.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
SURPLUS EKSPOR TPT - Suasana pameran industri tekstil dan garmen Indo Intertex 2023 di Hall C1, JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dengan kode HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) mencatat surplus perdagangan senilai 1,86 miliar dolar AS atau sekira Rp 30,9 triliun. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 
Ringkasan Berita:
  • Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dengan kode HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) mencatat surplus dagang 1,86 miliar dolar AS.
  • Indonesia bisa memanfaatkan kesepakatan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat baru-baru ini.
 
 

 

TRIBUNNEWS.COM - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus menunjukkan tren positif. Kinerja ekspor TPT Indonesia juga menunjukkan hasil cemerlang.

Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat dengan kode HS 61 (pakaian dan aksesori rajutan) mencatat surplus perdagangan senilai 1,86 miliar dolar AS atau sekira Rp 30,9 triliun, melampaui surplus ekspor alas kaki (HS 64) yang mencapai 1,85 miliar dolar AS.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, capaian tersebut menegaskan ketahanan dan daya saing sektor TPT Indonesia di pasar global.

"Hal ini memberikan posisi menguntungkan bagi Indonesia untuk memanfaatkan pengaturan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat baru-baru ini," ucap Agus dalam keterangan, Sabtu (26/10/2025).

Di tingkat efisiensi, Indonesia kini termasuk lima besar produsen tekstil paling efisien di dunia. Biaya produksi pemintalan benang Indonesia hanya 2,71 dolar AS per kilogram, lebih rendah dibanding India, Tiongkok, dan Turki.

Pada subsektor pertenunan, biaya produksi mencapai 8,84 dolar AS per meter dan di sektor fabric finishing hanya 1,16 dolar AS per meter, menjadikannya salah satu yang terendah di dunia.

"Angka-angka tersebut merupakan bukti daya saing global Indonesia dan bisa menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan di masa mendatang," tutur Menperin.

Agus menambahkan, di tengah perubahan iklim, disrupsi digital dan restrukturisasi rantai pasok global, Indonesia siap menjadi pusat inovasi dan manufaktur tekstil dunia.

"Dengan sumber daya yang melimpah, kebijakan industri yang adaptif, dan SDM yang terampil, Indonesia siap menjadi mitra tepercaya industri tekstil global dalam membangun pertumbuhan berkelanjutan hingga dekade-dekade berikutnya," terangnya.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengapresiasi upaya pemerintah menerbitkan regulasi untuk kepentingan industri padat karya, tekstil dan produk tekstil domestik.

Baca juga: Kinerja Industri Tekstil dan Alas Kaki Membaik, Utilisasi Pabrik Naik Bertahap

"Dengan kuatnya perlindungan kebijakan pemerintah, maka posisi industri Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global yang penuh tantangan perubahan rantai pasok dan perdagangan dunia," ujar Jemmy.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved