Kamis, 4 September 2025

Virus Corona

WHO Terus Desak China Agar Tidak Curangi Data Covid-19

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan diperlukan data yang komprehensif terkait situasi Covid-19 yang terjadi saat ini.

AFP/STR
Orang-orang mengantre untuk dites virus corona Covid-19 di luar rumah sakit di Hangzhou, di provinsi Zhejiang timur China pada 16 Desember 2022. WHO telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan otoritas China selama seminggu terakhir untuk membahas peningkatan kasus dan jumlah pasien rawat inap. (Photo by AFP) / China OUT 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan menegaskan kembali pentingnya meningkatkan cakupan vaksinasi virus corona (Covid-19), termasuk dosis penguat (booster).

Terutama untuk kelompok rentan seperti kelompok lanjut usia (lansia).

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan diperlukan data yang komprehensif terkait situasi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Baca juga: Kadar Antibodi yang Meningkat Tidak Cukup Hadapi Pandemi Covid-19

Ia pun memahami bahwa tiap negara tentu akan berupaya melindungi warganya sendiri melalui berbagai upaya.

"Dengan sirkulasi di China yang begitu tinggi dan data komprehensif tidak tersedia. Seperti yang saya katakan minggu lalu, dapat dimengerti bahwa beberapa negara mengambil langkah yang mereka yakini akan melindungi warganya sendiri," kata Tedros.

Dikutip dari laman news.un.org, Jumat (6/1/2023), sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan persyaratan pengujian baru Covid-19 bagi pelancong dari China untuk mendapatkan izin masuk domestik, di tengah kekhawatiran penyebaran varian terbaru.

Berbicara dalam pengarahan, Direktur Darurat WHO Dr. Mike Ryan juga menekankan perlunya lebih banyak informasi dari otoritas China.

Baca juga: WHO: Subvarian Omicron XBB.1.5 adalah Varian Covid-19 yang Paling Menular Sejauh Ini

"Kami tahu ada kesulitan di semua negara sangat sering dalam mencatat pelepasan rumah sakit, penerimaan dan penggunaan fasilitas ICU (unit perawatan intensif)," jelaa Dr. Ryan.

Ia menegaskan bahwa pihaknya meyakini bahwa angka saat ini yang diterbitkan China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit tersebut dalam hal penerimaan rumah sakit, ICU, khususnya dalam hal kematian.

Pertemuan dengan Para Ahli

WHO telah mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan otoritas China selama seminggu terakhir untuk membahas peningkatan kasus dan jumlah pasien rawat inap.

Kelompok Penasihat Teknis untuk Evolusi Virus (TAG-VE) juga telah melakukan pertemuan pada Selasa lalu dengan para Pakar China untuk membahas situasi tersebut.

Selama pertemuan itu, para Ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mempresentasikan data dari apa yang mereka gambarkan sebagai infeksi virus corona yang diimpor dan diperoleh secara lokal.

Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar virus yang beredar di negara itu berasal dari dua garis keturunan Omicron, yakni BA.5.2 dan BF.7 yang menyumbang 97,5 persen dari semua kasus infeksi lokal, serta beberapa subgaris Omicron lainnya yang diketahui.

Baca juga: Turis China Positif Covid-19 Masih Jadi Buronan Pemerintah Korsel Usai Kabur dari Karantina

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan