Kamis, 7 Agustus 2025

Ibadah Haji 2025

Penyakit Jantung Mendominasi Penyebab Meninggalnya Jemaah Haji, Ini Imbauan Kemenkes

Jumlah jemaah haji Indonesia 1446H/2025 M yang meninggal dunia di Tanah Suci terus bertambah, 19 orang di antaranya akibat serangan jantung.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Febri Prasetyo
Tribunnews.com/Dewi Agustina
PEMAKAMAN JENAZAH JEMAAH - Hasan Sadili Masum usai pemakaman jenazah istrinya, Nyai Nur Fadillah di Pemakaman Baqi (Jannatul Baqi), Madinah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). Jumlah jemaah haji Indonesia 1446H/2025 M yang meninggal dunia di Tanah Suci terus bertambah, 19 orang di antaranya akibat serangan jantung. 

TRIBUNNEWS.COM - Jumlah jemaah haji Indonesia 1446H/2025 M yang meninggal dunia di Tanah Suci terus bertambah.

Berdasarkan data terkini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes), hingga Senin (26/5/2025) pukul 07.30 Waktu Arab Saudi (WAS) tercatat sebanyak 62 jemaah haji Indonesia meninggal dunia.

Sebanyak 35 di antaranya adalah jemaah lansia.

Dilansir laman resmi Kemenkes, total 19 orang di antaranya meninggal dunia akibat serangan jantung dikarenakan penyakit jantung iskemik akut dan shock cardiogenic.

Hal ini pun menjadi sorotan utama mengingat kondisi fisik jemaah haji yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan aktivitas fisik yang padat selama di Tanah Suci.

Tim Visitasi Kesehatan dr. Agus Sulistyawati saat visitasi kesehatan jemaah di Sektor 7 Daerah Kerja Makkah mengungkapkan sebagian besar jemaah yang wafat memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya dan komorbid, serta kurang mengontrol diri untuk membatasi aktivitas fisik mereka.

"Kami sangat prihatin dengan angka kematian yang terjadi. Belasan jemaah telah berpulang, dan sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung," ujar dr. Sulis sapaan akrabnya.

Imbauan Kemenkes

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo juga turut prihatin dan menekankan bahwa puncak ibadah haji nanti saat di Arafah, Muzdalifah, Mina (Armuzna) mulai tanggal 4 Juni pemberangkatannya dan membutuhkan persiapan serta manajemen diri yang baik.

Ia pun mengimbau para jemaah, terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra.

"Terutama yang lansia atau memiliki penyakit penyerta seperti jantung, hipertensi, dan diabetes, untuk mengurangi ibadah sunah yang membutuhkan pengerahan tenaga ekstra. Contohnya, mengurangi frekuensi umroh, tawaf sunah berulang kali, menghindari jalan kaki jarak jauh ke Masjidil Haram ataupun Masjid Nabawi, serta wisata ziarah," kata Liliek.

Baca juga: Momen Mengharukan Petugas Haji Mengantarkan Jenazah Jemaah ke Tempat Peristirahatan Terakhir

"Jemaah harus memastikan waktu istirahat yang cukup," tegasnya.

Ibadah sunah memang memiliki pahala yang besar, namun kesehatan dan keselamatan jiwa jauh lebih utama, terutamanya pada saat pelaksanaan haji di Armuzna.

"Kami menganjurkan jemaah untuk tidak memaksakan diri. Hindari beribadah di siang hari yang terik. Gunakan selalu APD seperti masker, payung, kacamata hitam, alas kaki, ketika akan dan saat melakukan ibadah. Minum air putih atau air zam-zam sedikit demi sedikit hingga 2 liter per hari. Jangan lupa juga minum oralit sehari sekali agar tidak dehidrasi," imbau Liliek.

Lebih lanjut, ia pun mengingatkan agar para jemaah yang sakit dan yang sudah minum obat untuk diminum secara teratur.

Jemaah diminta menghindari stres dengan selalu berpikiran positif dan berzikir.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan