Sabtu, 22 November 2025

Preman ikut menata Tanah Abang? Siapa sebenarnya mereka?

Muncul perdebatan tentang ide untuk melibatkan 'preman' dalam penataan dan penertiban Tanah Abang, sesudah di masa Ahok peran mereka dpinggirkan.

Kawasan Tanah Abang kembali menjadi bahan pembicaraan lantaran kemacetan dan kesemerawutan yang kembali menyeruak di kawasan ini, dan memunculkan perdebatan tentang 'preman' yang berkuasa di sana.

"Sebetulnya begini, masalah preman itu orang hanya membesar-besarkan bahasa aja. Sebetulnya, masih banyak preman yang berdasi," ujar Muhammad, salah satu 'penguasa jalanan' yang BBC Indonesia temui kawasan Bongkaran, Tanah Abang, Jumat pekan lalu.

Pria asal Palembang ini menjadi saksi kerasnya kehidupan jalanan di Tanah Abang, termasuk perebutan kekuasaan paling brutal antara 'penguasa jalanan' pada saat itu, Hercules, dengan Muhammad Yusuf Muhi alias Ucu Kambing pada medio akhir 1990an. Bentrokan antara kedua kelompok itu begitu keras, dan akhirnya Ucu Kambing menjadi penguasa baru.

Sambil menghisap rokok, Muhammad, pria paruh baya yang masih terlihat segar dan bersuara lantang mengakui memang ada sekelompok orang yang boleh dibilang preman. "Dia hanya sebatas perut," katanya.

"Dalam artian memang tidak ada pekerjaan tetap, sehingga orang itu melakukan hal-hal yang boleh dibilang ingin memiliki barang tersebut dengan cara melawan hukum," imbuhnya.

Ketika ditanya apakah dia termasuk salah satunya, ia hanya berujar: "Bisa juga. Bisa iya, bisa juga tidak. Sebab itulah saya bilang tadi, terkadang orang karena memikirkan perut tadi bisa lupa siapa dia sebenarnya."

"Orang aja bisa khilaf, kita juga bisa lupa diri. Hal yang wajar memang. Makanya saya bilang tadi, hanya sebatas perut. Kalau seseorang itu perutnya kenyang, ya nggak mungkin dia,"

BBC Indonesia bertanya tentang pekerjaan sehari-hari pria ini sebenarnya. "Kesehariannya duduk-duduk begini, ngobrol, ngopi, ya kadang-kadang jaga lampu, jaga lilin," jawabnya enteng.

Bagaimana dengan sebagian tudingan bahwa para preman acap memungut 'setroan' dari para pedagang kaki lima di Tanah Abang?

"Wajar lah, orang butuh hidup," kata Muhmmad.

"Kembali ke pekerjaan tadi: masih berputar di (penghasilan) situ juga. Tapi bagaimana, ya. Kalau penilaian saya, ibarat situ makan cabe pada saat merasa pedasnya mungkin situ berhenti, tapi ketika hilang pedasnya, mengulang lagi."

Perihal 'uang setoran' ini, Andi, seorang pedagang berkisah. Ia, sudah enam tahun berjualan asongan di trotoar Tanah Abang mengaku sering dikutip uang keamanan, baik harian, mingguan dan bulanan.

"Bulanan ada yang gocap (Rp 50.000), ada yang cepek (Rp 100.000), tergantung lihat iniannya aja . Kalau harian kadang ada yang goceng (Rp 5.000), ada yang Rp 2.000. Tapi yang jelas mingguan, jelas tuh goceng (Rp. 5.000).

Senada, Nasir, pedagang baju muslim yang sudah berjualan di Tanah Abang sejak tahun 1991 menuturkan: "Semenjak saya jualan di sini, yang preman itu di jalanan. Kan dulu di jalanan ini kan penuh dengan kaki lima. Ini yang heboh-heboh Pak Haji Lulung, nah itu dia yang nguasain . "

Sumber: BBC Indonesia
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved