Preman ikut menata Tanah Abang? Siapa sebenarnya mereka?
Muncul perdebatan tentang ide untuk melibatkan 'preman' dalam penataan dan penertiban Tanah Abang, sesudah di masa Ahok peran mereka dpinggirkan.
"Kelihatannya yang dipahami oleh Pak Lulung itu preman adalah big buddy , atau godfather , yang mungkin juga ada. Tapi kita tidak melihatnya ke situ, paling tidak pada konteks kami, karena berkali-kali preman diucapkan oleh berbagai pihak: oleh pihak PKL, demikian juga oleh Satpol PP-nya sendiri. Maka di situlah kami kemudian mengambil kesimpulan bahwa preman itu ada, namun tidak menunjuk pada siapa pun orangngya," jelas Adrianus.
Ketika dikonfrontasi tentang temuan tersebut, Wakil Kepala Satpol PP DKI Hidayatullah meminta Ombudsman untuk memberikan bukti-bukti oknum Satpol PP yang bermain dan menjamin oknum tersebut akan langsung dipecat.
"Dengan adanya temuan dari Ombudsman ini kita lakukan pembinaan-pembinaan para Satpol PP untuk tidak lagi melanggar. Kita langsung pecat kalau ada yang melanggar seperti pungli," tegasnya.
Hidayat pun enggan menyebut orang-orang ini sebagai preman, melainkan, seperti istilah Haji Lulung, 'anak wilayah'.
"Mereka kadang-kadang bantu-bantu pedagang, mengamankan pedagang kadang-kadang. Ya, anak-anak wilayah lah saya bilang."
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai camat Tanah Abang selama enam tahun hingga awal 2017, setelah penertiban yang diawali saat Presiden Joko Widodo masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012, jumlah 'anak wilayah' ini kini semakin berkurang. Kebanyakan dari mereka beralih pekerjaan menjadi supir ojek atau pedagang.
"Dulu, bangun tidur aja mereka dengan enaknya tinggal kucek-kucek mata minta (uang) pada pedagang. Dulu, bayangkan aja hampir semua anak-anak wilayah berkoordinasi dengan pedagang kaki lima liar," ujarnya seraya menambahkan bahwa fenomena ini hal yang wajar dalam kehidupan pasar.
"Di mana ada gula, pasti ada semut," imbuh Hidayat.
Selama enam tahun pergumulan menata wilayah Tanah Abang, Hidayat membeberkan bahwa kerap terjadi gesekan dengan para 'anak wilayah' ini tiap kali terjun ke lapangan.
"Saya sering kali dikeroyok, mau dibacok, baik itu sama perkumpulan tukang kambing. Tapi tegas kita lakukan, nggak sekali, tiap hari harus kita lakukan pelan-pelan," tuturnya.
Yang lebih tak mengenakkan lagi, kata dia, dirinya seringkali difitnah oleh mereka.
"Kita lagi jalan, lagi nertibin upamanya, datang anak-anak wilayah, 'Pak Camat, bagaimana ini gini-gini' tapi nanti di pedagang [mereka bilang] 'Nanti kamu akan dibongkar, mana sini patungan bakal saya kasih ke Camat ke Lurah. Nah itu yang kadang-kadang dimanfaatkan."
Penguasa resmi dan tak resmi
Sejarawan JJ Rizal menjelaskan keberadaan preman bermula sejak zaman kolonial Belanda. Dirunut dari asal katanya, preman berasal dari bahasa belanda 'vrijman' yang artinya orang bebas.