Jumat, 7 November 2025

Ke mana perginya 1.000 ton sampah di Surabaya?

Lebih dari setengah sampah yang dihasilkan setiap hari oleh warga Kota Surabaya, Jawa Timur, diklaim tidak berujung di tempat pembuangan akhir.

Bertolak dari rumahnya di kawasan Kendangsari, Kota Surabaya, pagi itu Sunarto membawa sekantong plastik besar berisi sampah anorganik ke sebuah bank sampah yang berjarak beberapa ratus meter.

Proses itu dia ulangi sore harinya dengan membawa sampah dari kantor tempatnya bekerja. Di bank sampah tersebut, limbah ditimbang, untuk kemudian dicatatkan di buku tabungan khusus. Berkat akumulasi sampah yang sudah disetorkannya, Sunarto bisa mendapat uang hingga Rp500.000.

"Jadi seperti kita menabung di bank, dikasih buku tabungan. Habis itu kita setor, ditulis berapa kilo. Setelah itu ditotal berapa nilainya. Pengambilannya menjelang Lebaran. Anggota bank sampah lumayan banyak, sekitar 200 orang," kata Sunarto kepada wartawan di Surabaya, Ronny Fauzan.

Sunarto merupakan bagian dari gerakan bank sampah yang banyak tersebar di Kota Surabaya. Saat ini jumlah bank sampah di kota tersebut mencapai 296 unit ditambah 26 unit rumah kompos untuk pengolahan sampah organik.

Salah satu dari ratusan pengelola bank sampah adalah Tri Siswati. Perempuan yang mendirikan bank sampah di kawasan kendangsari, Surabaya ini, sudah hampir enam tahun berkecimpung di dunia bank sampah dan memiliki lebih dari 200 nasabah.

Perempuan yang juga akrab dipanggil Bu Sukri ini mengaku, mengadakan bank sampah di kampung bukan karena sokongan dari Pemkot Surabaya, namun lebih pada soal kesadaran lingkungan.

"Saya ini orang nekad. Saya nggak punya lahan tapi mengadakan bank sampah. Sampah yang kita koordinir bertumpuk, seketika itu juga pengepul dipanggil, supaya kampung tetap bersih," paparnya.

Berkurang drastis

Peranan bank sampah dan rumah kompos di Surabaya ini diakui sangat signifikan oleh Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Aditya Wasita.

Menurutnya, sampah yang masuk ke TPA Benowo Surabaya 1.600 ton per hari. Padahal, jumlah penduduk sebanyak 3,07 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, semestinya jumlah sampah berdasarkan rasio mencapai 2.600 ton per hari.

"Nah, timbunan sampah lainnya yang 1.000 ton ke mana? Berarti kan sudah direduksi di masyarakat, maupun di tempat usaha," jelas Aditya.

Data yang dipaparkan tersebut tidak diartikan pihak pegiat lingkungan bahwa pengelolaan sampah dengan basis partisipasi masyarakat di Surabaya sudah sangat bagus.

Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some, menilai sampah yang tidak masuk ke tempat pembuangan sampah amat mungkin dibuang begitu saja ke sungai.

"Kawasan Surabaya Barat, Surabaya Utara, dan Timur, masih ada yang belum sepenuhnya terjangkau kebersihannya oleh Pemkot. Masih ada titik-titik tertentu yang menjadi area warga buang sampah, terutama di jembatan-jembatan. Jadi seharusnya Pemkot Surabaya harus meluaskan area jangkauannya," jelas Wawan.

'Operasi tangkap tangan'

Untuk menertibkan pengelolaan sampah, Walikota Surabaya, Tri Risma Harini, mengklaim pihaknya sudah berlaku tegas dengan cara operasi tangkap tangan (OTT) setiap hari.

Sumber: BBC Indonesia
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved