Kisah perempuan Yazidi yang ditolak karena punya anak dari suami petempur ISIS
Seorang perempuan Yazidi dipaksa pindah agama dan menjadi istri petempur ISIS. Ia melahirkan anak dan ingin anak ini besar bersamanya. Tapi
Sementara itu di Irak, Khedr tak tahu apa-apa soal bayi ini. Sesudah penculikan itu, ia terus menerus mencari keluarganya.
Akhirnya ia berhasil menemukan mereka lewat jaringan penyelundup manusia yang menjual orang-orang Yazidi yang diculik ISIS.
Khedr membayar US$6.000 untuk menebus setiap anaknya.
Tiga anak mereka, Haitham, Hawa dan Azad berhasil berkumpul lagi dengan ayahnya. Namun Jovan tetap di Raqqa sampai dua tahun kemudian. Ia tak yakin apakah Khedr akan menerima Adam.
Dalam agama Yazidi ada aturan: bagi siapa yang meninggalkan agama itu, tak bisa kembali lagi.
Dewan Agama Yazidi melonggarkan aturan bagi perempuan yang menjadi korban penculikan dan dipaksa pindah agama oleh ISIS.
Namun itu tak berlaku bagi anak-anak yang terlahir dari mereka.
Dalam aturan Yazidi, seorang anak hanya bisa menjadi Yazidi jika kedua orang tuanya juga beragama Yazidi. Maka Adam tak bisa menjadi Yazidi.
Menerima
Jovan tinggal bersama perempuan-perempuan Yazidi lain yang ditangkap ISIS. Mereka takut kembali ke Sinjar karena aturan di atas.
"Ada yang punya anak lebih dari satu dari petempur ISIS. Mereka takut kembali ke keluarganya," kata Jovan.
- Kisah perempuan Yazidi pulang ke kampung halaman setelah empat tahun disekap milisi ISIS
- Anak-anak yang dipaksa untuk berperang oleh ISIS
- Kisah budak seks yang keluar dari desa ISIS terakhir di Suriah
Namun Khedr akhirnya menyatakan menerima Adam. Jovan pun kembali ke desanya di Sinjar bersama Adam yang sudah balita.
Hanya beberapa hari suasana penyambutan berubah. Keluarga Jovan meminta agar Adam dilepaskan saja.
"Masyarakat kita tak akan bisa menerima anak Muslim yang lahir dari ayah petempur ISIS," kata Jovan soal bujukan keluarganya.
Setelah dibujuk dan menangis selama berjam-jam, Jovan akhirnya meninggalkan Adam di panti asuhan di Mosul.
Terkoyak