Kisah desa 'membebaskan diri' dari 3.000 bom dan ranjau darat yang ditinggalkan tentara Saddam Hussein dan ISIS di Irak
Dua desa di Irak sempat menjadi 'desa mati' karena memiliki ribuan ranjau darat dan bom yang ditinggalkan tentara Saddam Hussein di era 1980-an

Ada lebih dari 20 juta ranjau darat di Irak, sejumlah di antaranya ditanam oleh ISIS atau kelompok yang menamakan diri Negara Islam, sebagian besar lainnya ditinggalkan oleh tentara Saddam Hussein saat pecah perang Irak-Iran pada tahun 1980-an.
Ranjau-ranjau darat itu antara lain terdapat di Desa Wiliyawa di Irak utara.
Di desa ini, Jabar Fatihi dan timnya menyisir area tempat ranjau ditanam.
Ranjau-ranjau di desa ini masih aktif dan bisa meledak kapan saja.
Sambil berbaring --dengan mengenakan pelindung muka dan rompi antipeluru-- Fatihi mengecek ranjau. Perlahan ia membuka bagian atas dan memastikan detonator tak berfungsi.
Fatihi adalah satu dari sejumlah petugas yang bekerja untuk badan amal dari Manchester, Inggris, Mines Advisory Group (MAG).
- Kisah Ekhlas, budak seks ISIS: 'Saya diperkosa setiap hari selama enam bulan'
- Korban budak seks: 'Di Jerman, saya bertemu anggota ISIS yang menyekap saya'
- Bagi ISIS, kaum perempuan Yazidi adalah 'barang dagangan, harga mulai US$7.000'
Tugas mereka adalah mencari dan menjinakkan ranjau-ranjau yang ditanam oleh tentara Saddam Hussein pada tahun 1980-an.
"Begitu petugas menemukan ranjau, ia akan berhenti dan berteriak, 'Awas, ada ranjau.' Siapa pun yang berada dalam radius 50 meter bisa tewas jika ranjau itu meledak," kata Fatihi kepada wartawan BBC Carol Lowe yang menemuinya di Desa Wiliyawa.

"Ada lebih dari 2.000 benda-benda mematikan yang ada di dalam satu ranjau," katanya.
Di daerah di pegunungan di Irak utara ini terdapat lebih dari 3.000 bom yang tidak meledak. Bom-bom ini berasal dari era perang Irak-Iran.
Para petugas dari yayasan amal MAG mengubur bom-bom ini dan kemudian meledakkannya.
Desa Tullaban menghadapi masalah serupa. Di desa ini terdapat banyak ranjau darat yang ditanam oleh milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) yang memasuki desa pada 2014.
Ketika ISIS menguasai Desa Tullaban, sebagian warga sudah pergi menyelamatkan diri.
ISIS menanam ranjau
Para milisi ISIS menanam ranjau, termasuk di rumah-rumah warga. Satu keluarga kehilangan tiga orang akibat ranjau yang dipasang ISIS.

"Ada ranjau di sini, di samping rumah ini. Ranjau itu langsung terlihat, karena tidak ditutupi benda lain. Ukurannya cukup besar," kata Sean Sutton, fotografer yayasan MAG.
"Kemudian ada satu lagi ranjau yang ditempatkan di depan rumah. Ranjau itu meledak, meninggalkan semacam kawah besar di tanah. Ledakan ranjau menyebabkan tiga orang langsung meninggal dunia," kata Sutton.
Korban tewas adalah dua saudara laki-laki dan suami seorang warga desa bernama Ahlam Hameed, yang sempat berkomunikasi melalui telepon genggam, hanya beberapa saat sebelum ranjau meledak.
- WNI di Raqqa: Yang dipropagandakan ISIS 'semuanya bohong'
- Ritual Yazidi untuk terima lagi perempuan yang menjadi budak seks ISIS
- Budak seks al-Shabab: 'Setiap malam saya dipaksa melayani dua-tiga laki-laki'
"Saya bilang ke saudara saya, 'Hati-hatilah.' Kemudian teleponnya mati. Dua saudara dan suami saya meninggal dunia dalam ledakan ranjau darat," kata Hameed.
Membersihkan ranjau-ranjau darat dari Desa Tullaban adalah salah satu kerja terbesar badan amal MAG.
Sekarang kawasan ini sudah bebas dari ranjau darat.
Membuat warga hidup normal

Organisasi amal MAG didirikan oleh dua bersaudara dari Liverpool. Lembaga ini sekarang beroperasi di 26 negara, dengan tugas utama membersihkan desa-desa dari ranjau.
Harapannya adalah warga bisa kembali ke desa mereka dan membangun lagi kehidupan mereka.
"Kerja-kerja yang kami lakukan membuat warga bisa kembali ke desa-desa mereka. Bisa hidup kembali secara normal. Dengan hidup normal maka akan ada pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi akan mendorong stabilitas politik," kata Jon Brown, direktur MAG.
"Intinya adalah, warga bisa hidup normal, bisa bekerja secara normal, para petani bisa ke ladang-ladang mereka dan anak-anak bisa bersekolah," kata Brown.
Fotografer MAG, Sean Sutton, yang mendokumentasikan pembersihan ranjau di Irak dalam beberapa tahun terakhir mengatakan desa yang bebas ranjau mendatangkan kebahagiaan bagi warganya.
"Sekarang ini, yang kita rasakan adalah kebahagiaan dan kegembiraan. Warga di sini bisa hidup lagi secara normal. Mereka bisa membangun lagi kehidupan mereka," kata Sutton.
"Tadinya hanya ada 30 keluarga di desa ini dan 10 orang di antaranya meninggal dunia akibat ranjau darat. Warga harus menanggung penderitaan akibat ledakan ranjau-ranjau yang jahat ini."