Selasa, 2 September 2025

Virus Corona

Mengapa Jepang Bisa Tenang Hadapi Pandemi Covid-19?

Kepatuhan warga Jepang terlihat dengan tetap di rumah selama 2 minggu, lalu toko banyak yang tutup, kegiatan, events ditunda ditiadakan.

Editor: Dewi Agustina
covid19.go.id
Kumpulan Gambar Poster Cegah Corona, Bisa jadi Status di Medsos atau Bagikan via WhatsApp 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Banyak negara yang panik dan terdampak pandemi Covid-19, berhadapan dengan masyarakatnya yang tidak sabaran, berontak hingga membuat keributan dengan petugas, berakibat semakin banyak lagi korban terpapar Covid-19.

Namun Jepang masih tenang saja, dan kenaikan pesat hanya di Tokyo karena tidak sedikit warga Tokyo terpengaruh budaya barat, orang asing yang banyak masuk ke Tokyo.

"Tokyo seolah sudah jadi melting pot country. Anak mudanya mudah terpengaruh budaya barat, yang arogan, tak mau diatur, serta pengaruh bebasnya internet saat ini," ungkap Keiko Ishihara, seorang guru etika dan budaya Jepang kepada Tribunnews.com, Sabtu (28/3/2020).

Baca: Jemaah yang Diisolasi di Masjid Kebon Jeruk Dibawa ke Rumah Sakit Wisma Atlet Kemayoran

Baca: #DonasikanOngkosmu Kontribusi Sosial Bagi Korban Dampak Virus Corona

Meskipun demikian Jepang bukanlah Tokyo dan sampai saat ini masih lima perfektur tidak ada korban Covid-19.

Sedangkan perfektur Kagoshima yang dua hari lalu masih bersih, akhirnya ada yang positif Corona karena baru pulang dari Inggris.

"Intinya sebenarnya Jepang memiliki budaya bersih-bersih yang tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, penyabar sekali (gaman), umumnya ikut perintah pemerintah dan punya kesadaran tinggi pula di bidang kesehatan," kata Keiko Ishihara.

Itulah sampai detik ini Jepang tetap normal walaupun dikritik pemegang Nobel Kedokteran 2012, Shinya Yamanaka (57) bahwa belakangan Jepang agak lambat menangani Pandemi Covid-19.

"Kepatuhan warga Jepang terlihat dengan tetap di rumah selama 2 minggu, lalu toko banyak yang tutup, kegiatan, events ditunda ditiadakan, kegiatan olahraga besar ditiadakan, dan antisipasi lain yang dipatuhi warga Jepang," ungkapnya.

Kereta api bergerak normal dan jumlah penumpang sudah mulai berkurang karena orang sudah banyak di rumah.

Baca: Dipicu Istri Curhat Ke Pria Lain, Pria ini Cemburu dan Tikam Korban 

Baca: Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia Kecewa Surat PSSI Terkait Gaji Pemain

"Selain itu kini mulai banyak penggunaan mobil karena risiko menggunaka transportasi umum seperti bus dan kereta yang ramai, gampang tertular, disadari banyak warga Jepang," ujar dia.

Tenangnya Jepang juga dengan tetap membuka bandara untuk umum, pendatang asing, walaupun harus dikarantina saat ini beberapa warga negara termasuk WNI mulai 28 Maret lalu, karantina 14 hari di rumahnya.

Jepang juga memiliki persentase orang tua (lansia) yang tinggi seperti Italia dan korban meninggal sedikitnya 18 persen adalah kalangan lansia di Jepang.

Kebiasaan ibu rumah tangga bersih-bersih rumah.
Kebiasaan ibu rumah tangga bersih-bersih rumah. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Acara publik dihentikan namun kini sekolah akan dioperasikan kembali mulai April dengan berbagai antisipasi terhadap pandemi Covid-19.

"Kami akan lakukan terbaik untuk antisipasi pandemi Covid-19 khususnya bagi pelajar yang mau bersekolah kembali April mendatang," tegas PM Jepang Shinzo Abe, Sabtu (28/3/2020) malam.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan