Jepang Curiga dengan Kondisi Kim Jong Un, Ada Pergerakan Aneh di Korea Utara
Jepang mengaku curiga dengan kondisi kesehatan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Jepang mengaku curiga dengan kondisi kesehatan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
Hal ini diungkapkan Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono dalam konferensi pers pada Kamis (25/6/2020), peringatan ke-70 dimulainya Perang Korea.
Kekhawatiran akan kondisi Kim dimulai pada April silam, berujung ramainya pemberitaan bahwa diktator itu sakit parah hingga meninggal.
Sebab selama tiga minggu pada April, Kim Jong Un sama sekali tidak terlihat di media.
Kabar awal dari Daily NK mengatakan bahwa Kim dalam kondisi kritis pasca operasi jantung.
Baca: Kim Jong Un Tunda Aksi Militer & Tak Muat Propaganda Anti-Korsel di Koran Pemerintah, Damaikah?
Baca: Masih Berstatus Perang Sejak 70 Tahun Silam, Korea Selatan Ingin Berdamai dengan Korea Utara

Namun rentetan rumor itu musnah di kala Kim Jong Un muncul pada 1 Mei untuk meresmikan pabrik pupuk di Korea Utara.
Dia didampingi adiknya, Kim Yo Jong nampak sumringah memotong tali pertanda peresmian.
Lalu pada 24 Mei, Kim muncul lagi setelah tiga minggu absen untuk membahas kesiapan pasukan nuklirnya.
"Kami memiliki beberapa kecurigaan tentang kesehatannya (Kim Jong Un)," kata Taro, dikutip dari The Sun.
Taro mengatakan ada pergerakan yang sangat aneh di Korea Utara.
Keanehan yang dia maksud adalah Kim seperti berusaha menghindari wabah Covid-19 yang mungkin telah merebak di Korea Utara.
Baca: 70 Tahun Berlalu Sejak Perang Korea Utara dan Korea Selatan Berperang, Belum Ada Perjanjian Damai
Baca: Kapal Perang Jepang dan AS Unjuk Kebolehan dengan Latihan Bersama di Laut China Selatan

Dia mangaku Jepang, AS, dan negara lainnya telah bertukar informasi tentang Kim.
Namun Taro tidak menjelaskan lebih lanjut kecurigaan ini.
"Saya tidak diizinkan untuk membahas masalah intelijen," katanya.
Korea Utara dengan tegas mengklaim tidak mencatat satu pun kasus virus corona, tetapi para ahli sangat skeptis.