Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Trump Kini di Ambang Kekalahan, Apa Saja yang Sudah Dilakukan Selama 4 Tahun Jadi Presiden AS?
Trump mengklaim bahwa tidak ada pemerintahan yang mencapai lebih tinggi daripada yang dicapainya dalam periode pertama sebagai Presiden AS.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
Pada malam pemilihan, Fox News dan Associated Press menyebut Arizona dimenangkan oleh Biden, meskipun baru sekitar 70 persen surat suara yang telah dihitung.
Laporan itu lantas membuat marah Trump dan para pembantunya.
Beberapa dari sekitar 200 pengunjuk rasa, yang berhadapan oleh barisan sheriff daerah bersenjata.
Beberapa di antara massa tersebut mengatakan mereka keluar setelah membaca twit dari Mike Cernovich, seorang aktivis sayap kanan.
Chris Michael (40) dari Gilbert, Arizona, mengatakan dia datang untuk memastikan bahwa semua surat suara dihitung.
Dia menginginkan jaminan bahwa penghitungan dilakukan "secara etis dan legal."
Sebuah rumor menyebar di Facebook pada Selasa (3/11/2020) malam bahwa beberapa suara Maricopa tidak dihitung karena pemilih menggunakan pena Sharpie untuk menandai surat suara mereka.
Pejabat pemilihan lokal berkeras bahwa rumor tersebut tidak benar.
Dengan penghitungan yang masih berlangsung di beberapa negara, Trump menuduh Partai Demokrat mencoba mencuri pemilu dan mengajukan tuntutan hukum di beberapa negara bagian.
Adegan serupa terjadi pada Rabu sore di pusat kota Detroit, di mana pejabat pemilihan kota mencegah sekitar 30 orang yang merupakan simpatisan Partai Republik.
Mereka memasuki ruang penghitungan suara di tengah klaim yang tidak berdasar bahwa penghitungan suara itu telah dicurangi.
Rusuh di Portland
Sementara itu diberitakan, ratusan polisi negara bagian Oregon dan massa anti-Trump terlibat bentrok di Portland pada Rabu (4/11/2020), saat berlangsungnya pilpres AS (pemilihan presiden Amerika Serikat).
Massa melempari kaca jendela toko-toko dan memecahkannya, lalu Gubernur Oregon memanggil Garda Nasional untuk meredam kerusuhan.
Baca juga: 8 Fakta Pilpres AS Mirip Pilpres Indonesia, Pendukung yang Kalah Ngamuk hingga Tudingan Curang
Kantor Sheriff Multnomah mengumumkan adanya kerusuhan dan menangkap setidaknya sembilan orang.
Ia menyebut kekerasan meluas di pusat kota, dan memperingatkan pihaknya bisa saja mengerahkan pasukan bersenjata dan menembakkan gas air mata.
Sementara itu reporter AFP di lokasi melaporkan, polisi bersenjata mendekati para demonstran tapi tidak ada bentrok.
Massa sebelumnya berunjuk rasa secara damai di taman pusat kota, dihadiri oleh koalisi kelompok sayap kiri anti-kapitalis yang berorasi disertai musik.
"Pertemuan massal di pusat kota Portland masih rusuh. Tinggalkan daerah itu sekarang," tulis kantor sheriff di Twitter sebelum pukul 20.30.
Sebelumnya dikatakan bahwa aparat keamanan menjadi sasaran pelemparan benda-benda seperti botol kaca.
"Demi keselamatan publik, Gubernur Kate Brown melalui nasihat United Command, telah mengaktifkan Garda Nasional Oregon untuk membantu penegakan hukum setempat," lanjutnya.
Portland menjadi tempat bentrokan beberapa bulan terakhir, antara polisi dengan massa yang marah atas pembunuhan orang-orang Afro-Amerika oleh aparat keamanan.
Massa yang berkumpul di tepi sungai Portland bersumpah untuk "mengawal hasil" pilpres AS, dengan membentangkan spanduk bertuliskan "Hitung Setiap Suara" dan "Pemilihan Selesai. Pertarungan Berlanjut".
"Kami ingin Trump lengser, itu fokus utamanya," kata seorang pimpinan demo dengan suara lantang.
Di sisi lain, sejumlah demonstran membawa senjata api termasuk senapan, dan spanduk anti-rasialisme dan anti-imperialisme yang bergambar senapan dan bertuliskan "Kami Tidak Mau Biden. Kami Ingin Balas Dendam".
Sebagian artikel tayang di Kompas.com dengan judul: Janji Pilpres AS 2016 Apa Saja yang Sudah Ditepati Trump?