Bunuh Diri Terkait Gempa Bumi Jepang Timur dalam 10 Tahun Mencapai 240 Orang
Bunuh diri yang terkait dengan Gempa Bumi Besar Jepang Timur telah berlanjut selama 10 tahun sejak bencana tersebut.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Bunuh diri yang terkait dengan Gempa Bumi Besar Jepang Timur telah berlanjut selama 10 tahun sejak bencana tersebut.
Menurut White Paper on Suicide Countermeasures edisi 2020, 5 orang bunuh diri di tahun 2020 sehingga total kumulatif selama kurang lebih 10 tahun mencapai 240 orang bunuh diri.
"Sekitar setengah dari jumlah orang yang meninggal bunuh diri itu berada di Prefektur Fukushima, yang rusak parah akibat kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir TEPCO Fukushima Daiichi, berjumlah 118 orang, dan total 230 orang di tiga prefektur termasuk Iwate dan Miyagi," tulis laporan tersebut.
Para ahli menekankan pentingnya rekonstruksi yang menekankan hubungan antara korban dan masyarakat.
Dalam white paper, persyaratan seperti (1) jenazah ditemukan di tempat penampungan atau rumah sementara, (2) bunuh diri setelah mengungsi dari lokasi bencana, dan (3) penjelasan tentang keluarga yang ditinggalkan dan catatan bunuh diri yang mengungkapkan bahwa gempa bumi besar memiliki efek langsung, jika di atas dipenuhi, itu didefinisikan sebagai bunuh diri terkait satu sama lainnya.
Jumlah maksimal orang pada tahun 2011 adalah 55 orang (42 laki-laki dan 13 perempuan).
Ada 24 di tahun 2012 dan 38 di tahun 2013. Pada 2018, sembilan orang menjadi satu digit untuk pertama kalinya, namun pada 2019 tercatat lagi 16 orang.
Berdasarkan kelompok usia, 56 orang berusia 50-an, paling banyak. Selanjutnya menonjol 53 orang berusia 60-an dan 33 orang berusia 70-an.
Jika melihat penyebab dan motif yang dapat diperkirakan dari kemauan sendiri sebanyak 112 orang (33,1%) merupakan orang sehat, 52 orang (15,4%) adalah rumah tangga, dan 50 orang secara ekonomi dan hidup mengalami kesulitan (15,4%).
Berdasarkan prefektur, Iwate (54 orang), Miyagi (58 orang), dan Fukushima (118 orang) menyumbang sekitar 96% dari total.
Fukushima mungkin termasuk banyak orang yang terpaksa mengungsi dari kampung halamannya karena kecelakaan nuklir.
Profesor Tetsuya Matsubayashi (ilmu politik) dari Universitas Osaka, yang mempelajari hubungan antara Gempa Besar dan bunuh diri, menekankan bahwa dalam rekonstruksi, pemerintah pusat dan daerah tidak hanya memberikan dukungan keuangan tetapi juga perlu dekat dengan perasaan setiap korban.
"Kota, khususnya, harus terus menciptakan lingkungan di mana hubungan antara korban dan masyarakat lokal tidak terputus, untuk mencegah bunuh diri lebih lanjut dan kematian yang sepi," tambah sang profesor.
Sementara itu Forum bisnis WNI di Jepang baru saja meluncurkan masih pre-open Belanja Online di TokoBBB.com yang akan dipakai berbelanja para WNI di Jepang . Info lengkap lewat email: bbb@jepang.com