Israel Serang Jalur Gaza
Warga Australia Cemaskan Keluarganya di Jalur Gaza, Mereka Tahu akan Mati
Ibrahim Abdo, warga negara Australia, mencemaskan kondisi keluarga besarnya yang kini berada di Jalur Gaza.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PALESTINA - Ibrahim Abdo, warga negara Australia, mencemaskan kondisi keluarga besarnya yang kini berada di Jalur Gaza.
Kekhawatiran itu muncul di tengah eskalasi peperangan antara Israel dan Palestina.
Seperti diketahui, tensi antara tentara Israel dan Hamas, organisasi Islam Palestina, terus meningkat setelah keduanya terlibat bentrok di Masjid Al Aqsha, Yerusalem, beberapa waktu lalu.
Kedua negara tersebut berseteru memperebutkan wilayah Timur Yerusalem, yang diklaim bagian tak terpisahkan dari ibukota Israel.
Dua hari lalu keponakan Abdo mengirimkan sebuah video yang menunjukkan detik-detik rumah tetangganya di Kota Gaza hancur lebur akibat rudal tentara Israel.
"Dia (keponakan Abdo) langsung mengatakan pada saya bahwa keluarga besar saya di Jalur Gaza setiap malam menggunakan pakaian terbaik mereka," ujar Abdo dilansir dari theguardian.com, Sabtu (15/5/2021).
"Mereka mengenakan pakaian terbaik karena mereka tahu akan mati. Sehingga ketika warga menemukan mereka telah tak bernyawa, mereka bisa langsung dikuburkan," sambung Abdo.
Baca juga: Serangan Jet Tempur Israel Hancurkan 4 Kantor Bank di Gaza
Dalam hukum Islam, tubuh seorang martir yang meninggal dunia tidak dibersihkan.
Mereka langsung dikuburkan dalam kondisi sesaat sebelum meninggal dunia sebagai tanda penghormatan.
Keponakan Abdo yang kini berada di Jalur Gaza, terlihat telah mengetahui nasib dan takdirnya.
"Karena itu mereka mengenakan pakaian terbaik baik mereka. Mereka mengatakan pada saya, 'ini bukan karena mungkin kami akan mati, tapi ini karena kami akan mati," ujar Abdo menirukan ucapan keponakannya.
Keluarga besar Abdo telah lama hidup di Jalur Gaza.
Abdo mengatakan, keluarganya telah lama hidup dalam kecemasan dan tanpa harapan, karena Jalur Gaza kerap dibombardir tentara Israel.
Abdo merasa cemas melihat pemberitaan seputar perang antara Hamas dan tentara Israel yang masif diberitakan beberapa pekan terakhir.
"Saya merasa terpisah dari mereka, dan secara emosional saya mati rasa. Ada begitu banyak yang terjadi dan saya tidak bisa menahan kesedihan. Ini terjadi bukan hanya satu atau tiga minggu, ini sudah terjadi selama 10, 20, bahkan 30 tahun terakhir," tutur Abdo.