Senin, 18 Agustus 2025

Omicron: Seperti apa dan bagaimana asal muasal varian Covid yang menyebar dengan kecepatan yang belum pernah terjadi

Terdapat sejumlah hipotesis tentang kemunculan varian virus corona yang kini memicu kecemasan publik. Namun orang pertama yang terinfeksi varian

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 1 Desember lalu di jurnal ilmiah Nature, Lessells dan timnya memperkirakan delapan juta orang dengan HIV di sub-Sahara Afrika saat ini tidak menerima terapi antiretroviral yang layak.

Angka yang mereka sebutkan itu mencakup orang-orang yang belum pernah diuji apakah benar mengidap HIV.

Jika Lessells dan Profesor Gupta benar, maka orang-orang dengan kekebalan tubuh buruk tadi merupakan tempat berkembang biak yang ideal untuk varian baru virus corona.

Teori lain

Bagaimanapun, kelompok ilmuwan juga menyebut dua hipotesis masuk akal lain yang terkait asal usul Omicron.

Salah satu hipotesis itu menyebut Omicron bersumber dari hewan. Artinya virus corona menginfeksi populasi hewan yang tidak diketahui dan bermutasi di dalamnya.

Dari situ, virus menyebar ke manusia, seperti yang dilakukan virus Sars-CoV-2 asli, menurut laporan WHO yang dirilis pada bulan Maret silam.

Namun Larry Corey menjelaskan, analisis genetik Omicron sejauh ini menunjukkan bahwa varian tersebut berevolusi pada tubuh manusia.

"Data menunjukkan bahwa hipotesis penularan di hewan hampir tidak mungkin," kata Corey.

Menurut Profesor Balloux, timnya tidak menemukan cukup bukti yang terkait dengan penularan dari hewan.

Hipotesis kedua menyebut Omicron tidak berkembang dalam tubuh manusia, tapi dalam populasi di daerah yang minim pemantauan genetik, seperti di banyak negara Afrika, sebelum akhirnya mencapai Afrika Selatan.

Ahli biologi asal Brasil sekaligus peneliti independen, Atila Iamarino, percaya hipotesis ini bisa terjadi pada Omicron.

Iamarino melihat kesamaan kemunculan Omicron dengan varian Gamma, yang menyebabkan infeksi luas di kota Manaus, Brasil, pada awal 2021. Manaus merupakan wilayah paling padat penduduk di kawasan Amazon.

"Hipotesis yang sama tentang virus yang berevolusi pada satu orang dengan sistem kekebalan yang lemah diangkat ketika Gamma terdeteksi," kata ahli biologi itu.

"Namun kemudian terbukti bahwa garis keturunan perantara beredar tanpa terdeteksi dan mereka mengakumulasi mutasi saat menyebar melalui populasi lokal," ujarnya.

Iamarino yakin bahwa penelitian lebih lanjut dapat mengungkapkan skenario yang sama dengan Omicron.

"Ini sesuai. Omicron terdeteksi di benua dengan pengujian dan pemantauan genetika yang lebih minim dibandingkan bagian dunia lainnya."

"Omicron mungkin telah beredar di Afrika lebih lama dari yang kita yakini saat ini," ucapnya.

Akankah kita menemukan pasien pertama?

Pendukung "teori satu orang" berhati-hati untuk tidak mengabaikan hipotesis alternatif lainnya. Walau begitu mereka yakin bobot bukti yang ada memperkuat temuan mereka.

Jadi akankah kita menemukan orang pertama yang terjangkit varian Omicron?

Mengidentifikasi orang pertama yang terinfeksi wabah penyakit tertentu krusial karena dapat menjawab pertanyaan penting tentang bagaimana, kapan, dan mengapa penyakit itu dimulai.

Jawaban-jawaban ini dapat membantu mencegah lebih banyak orang terinfeksi sekarang atau pada pandemi di masa depan.

Namun sejauh ini para ilmuwan belum menemukan pasien pertama tersebut, baik yang pertama kali mengidap Omicron maupun varian lainnya.

Richard Lessells yakin sangat kecil kemungkinan pasien pertama Omicron akan ditemukan.

"Ini harus menjadi keseimbangan bukti yang mendukung satu atau lain kemungkinan asal muasal varian ini," kata Lessells.

Meski begitu dia menganggap ada keuntungan jika kemunculan varian ini tidak disematkan ke seseorang.

"Salah satu hal yang tidak ingin kami lakukan adalah menambah stigma dan diskriminasi yang dialami oleh orang yang hidup dengan HIV," ujarnya.

Sebaliknya, Lessells yakin hipotesis "sumber satu orang" harus menjadi alasan lain untuk meningkatkan vaksinasi di Afrika.

Dia bukan satu-satunya yang menilai bahwa orang-orang yang belum menerima harus menjadi prioritas saat ini.

Saat ini penduduk Afrika yang sudah divaksinasi secara penuh diperkirakan belum mencapai 7%. Perkiraan ini diungkap Our World in Data, sebuah kolaborasi antara Universitas Oxford dan sebuah badan amal pendidikan

Sebagai perbandingan, persentase secara global mencapai 40%.

Michael Head, Senior Research Fellow di Global Health, University of Southampton, menyebut pemerataan vaksin harus segera diwujudkan untuk mencegah munculnya varian Covid.

"Akan ada berbagai faktor yang berkontribusi pada munculnya varian baru, tapi ketidakadilan vaksin jelas merupakan salah satu alasan utama. Saya percaya bahwa Omicron adalah konsekuensi dari ketidakadilan ini di Afrika," ujarnya.

Menurut Head, Omicron merupakan peringatan untuk memperluas cakupan vaksinasi.

"Jika Anda tidak divaksinasi, Anda akan lebih mungkin sakit parah dan untuk jangka waktu yang lebih lama," katanya.

"Selain itu, virus juga akan lebih berpeluang untuk mengembangkan mutasi baru, yang meningkatkan risiko kemunculan variant of concern dan akan memaksa kita mempelajari huruf lain dari alfabet Yunani," tuturnya.

Sumber: BBC Indonesia
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan