Senin, 15 September 2025

Iran Memanas

Kerusuhan di Iran Meluas ke 80 Kota, 17 Orang Tewas, Pasukan Elite Garda Revolusi Diturunkan

Aksi protes pada Kamis (22/09/2022) sudah memasuki hari keenam dan meluas ke setidaknya 80 kota.

Editor: Hasanudin Aco
ATTA KENARE / AFP
Sebuah gambar yang diambil di Teheran pada 18 September 2022 menunjukkan halaman depan surat kabar Iran Hafteh Sobh yang menampilkan foto Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" Iran. Amini, 22 tahun, sedang dalam kunjungan bersama keluarganya ke ibukota Iran ketika dia ditahan pada 13 September oleh unit polisi yang bertanggung jawab untuk menegakkan aturan berpakaian ketat Iran untuk wanita, termasuk mengenakan jilbab di depan umum. Amini dinyatakan meninggal pada 16 September oleh televisi pemerintah setelah menghabiskan tiga hari dalam keadaan koma di rumah sakit. 

Polisi membantah bahwa Amini dianiaya dan mengatakan dia menderita "gagal jantung mendadak".

Namun, keluarga Amini membantah dan mengatakan dia bugar dan sehat.

Perempuan berusia 22 tahun itu berasal dari Provinsi Kurdistan di Iran barat, di mana tiga orang tewas pada Senin lalu ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa.

Seorang ajudan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengunjungi keluarga Amini pada hari Senin dan mengatakan kepada mereka bahwa "semua lembaga akan mengambil tindakan untuk membela hak-hak yang dilanggar", media pemerintah melaporkan.

Anggota parlemen senior Jalal Rashidi Koochi secara terbuka mengkritik polisi moral, mengatakan pasukan itu adalah "kesalahan" karena hanya menghasilkan "kerugian dan kerusakan" bagi Iran.

Apa hukum hijab Iran?

Setelah Revolusi Islam tahun 1979, pihak berwenang di Iran memberlakukan aturan berpakaian yang mewajibkan semua perempuan mengenakan hijab dan pakaian longgar yang menyamarkan lekuk tubuh di depan umum.

Polisi moralitas - yang secara resmi dikenal sebagai "Gasht-e Irsyad" (Patroli Pembimbing) - ditugaskan, antara lain, untuk memastikan perempuan sesuai dengan interpretasi pihak berwenang tentang pakaian "yang pantas".

Petugas memiliki kewenangan untuk menghentikan perempuan dan menilai apakah mereka memperlihatkan terlalu banyak rambut; celana panjang dan mantel terlalu pendek atau pas; bahkan memakai terlalu banyak rias wajah.

Hukuman jika melanggar aturan termasuk mulai dari denda, penjara hingga cambuk.

Pada tahun 2014, perempuan Iran mulai berbagi foto dan video tentang diri mereka sendiri yang secara terbuka mencemooh undang-undang hijab sebagai bagian dari kampanye protes online yang disebut "My Stealthy Freedom".

Tindakan itu mengilhami gerakan lain, termasuk "White Wednesdays" dan "Girls of Revolution Street".

Hengaw, organisasi berbasis di Norwegia yang memantau HAM di daerah yang didominasi Kurdi, mengatakan 38 orang terluka pada Sabtu dan Minggu.

Polisi anti huru hara menembakkan peluru tajam, peluru karet, dan gas air mata kepada para demonstran di Saqez dan Sanandaj, ibu kota provinsi Kurdistan Iran.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan