Jumat, 12 September 2025

Ini Pentingnya Indonesia hingga China dan Amerika Berebut Tanamkan Pengaruh

Indonesia adalah hadiah besar dalam pertempuran geopolitik antara Washington dan Beijing untuk menancapkan kuku pengaruh di Asia.

Editor: Hasanudin Aco
AFP/SAUL LOEB
Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden China Xi Jinping (kiri) berjabat tangan saat mereka bertemu di sela-sela KTT G20 di Nusa Dua di pulau resor Indonesia Bali pada 14 November 2022. (Photo by SAUL LOEB / AFP) 

Namun keuangan proyek tersebut tidak masuk akal sejak awal, kata Faisal Basri, seorang ekonom terkemuka di Universitas Indonesia, dan seorang kritikus proyek tersebut.

Penjualan tiket tidak akan memberikan pendapatan yang cukup, harga tanah yang sangat mahal dan stasiun terakhir akan berhenti bermil-mil jauhnya dari Bandung, memaksa penumpang untuk menyelesaikan perjalanan mereka dengan cara lain.

Proyek ini sekarang terlambat tiga tahun, dan kelebihan biaya bisa mencapai US$1,9 miliar, menurut Katadata yang dikutip New York Times.

Kesepakatan pembiayaan kembali yang sedang didiskusikan oleh pemerintah Indonesia dan Beijing kemungkinan akan mengakibatkan China meningkatkan kepemilikan sahamnya dari 40 persen menjadi 60 persen, kata Faisal Basri.

Uji coba untuk memamerkan kereta selama pertemuan Kelompok 20 pada November lalu bersama Xi dan Jokowi, dibatalkan.

Satu set lengkap gerbong baru mengkilap yang dikirim dari Tiongkok untuk acara tersebut, teronggok diam di hanggar.

Saat Washington berupaya memperkuat hubungan di Asia untuk melawan pengaruh China, Indonesia tetap berhati-hati, berhati-hati agar tidak membuat Beijing mendelik.

Sangat disesalkan oleh pemerintahan Biden, Indonesia sangat menentang rencana AS untuk mempersenjatai sekutunya, Australia, dengan kapal selam bertenaga nuklir.

Pejabat Indonesia mengatakan mereka ingin memiliki zona bebas nuklir di sekitar wilayahnya.

Padahal kapal-kapal selam itu perlu berlayar melalui atau melewati perairan Indonesia bila ada pertempuran antara AS dan China untuk memperebutkan Taiwan.

“Kami akan tetap netral dalam konflik AS-Tiongkok atas Taiwan," kata Santo Darmosumarto, Direktur Urusan Asia Timur dan Pasifik di Kementerian Luar Negeri Indonesia.

Netralitas Indonesia mempersulit upaya Washington yang meluas di Asia untuk melawan China, kata Hugh White, ahli strategi pertahanan Australia.

“Secara militer, akses ke pangkalan di Indonesia akan menjadi aset besar bagi pasukan AS dalam perang memperebutkan Taiwan, tapi itu tidak akan terjadi,” kata White.

Agustus lalu, militer Indonesia berpartisipasi dengan pasukan AS dalam latihan udara, darat dan laut multinasional.

Tetapi banyak dari senjata yang digunakan berasal dari Rusia, dan membeli pengganti dari AS tampaknya tidak mungkin.

Sedangkan Februari lalu, Indonesia membeli 42 jet tempur Rafale dari Prancis.

Beberapa minggu setelah Menhan AS Lloyd Austin pergi ke Indonesia pada November, Jakarta memutuskan untuk tidak membeli jet tempur F-15 dengan alasan anggaran, menurut dua pejabat pemerintah Biden yang mengetahui diskusi tersebut.

Para pejabat itu mengatakan mereka diberitahu bahwa biayanya terlalu mahal, mengingat fokus Indonesia pada agenda domestiknya.

Austin meninggalkan Indonesia dengan hasil yang tipis beberapa program pelatihan tambahan di AS untuk pelajar militer Indonesia.

Sementara, personel militer Indonesia itu juga berlatih di Rusia dan China.

Sumber; Kontan.co.id/New York Times/Kompas.TV

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan