Krisis Myanmar
133 Orang Tewas dalam Serangan Udara Junta Myanmar, Jasad Hangus Berserakan
Sedikitnya 133 orang, termasuk wanita dan anak-anak tewas dalam serangan bom di Kanbalu, Sagaing tengah pada Selasa (11/4/2023)
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Tiara Shelavie
Sekitar pukul 17.30 jet junta kembali dan menembak tempat yang sama yang mereka bom pagi itu, katanya.
CNN tidak dapat memverifikasi insiden tersebut secara independen, tetapi akun saksi mata cocok dengan laporan di media lokal dan dari NUG.
Video dan gambar setelahnya, diperlihatkan kepada CNN dari saksi dan kelompok aktivis lokal, juga menunjukkan mayat, beberapa terbakar dan berkeping-keping, serta bangunan, kendaraan, dan puing-puing yang hancur.
Juru bicara Junta Myanmar Mayjen Zaw Min Tun mengkonfirmasi serangan udara di Desa Pazigyi.
Mayjen Zaw Min Tun mengatakan (serangan) memakan korban sipil, hal tersebut terjadi itu karena mereka dipaksa membantu "teroris."
Baca juga: Junta Myanmar Perpanjang Status Darurat, Pakar PBB: Bencana Hak Asasi Manusia
Junta telah menetapkan NUG dan kelompok perlawanan yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat di negara itu sebagai teroris.
“Jam 8 pagi…. NUG (Pemerintahan Persatuan Nasional) dan PDF (Pasukan Pertahanan Rakyat) melakukan upacara pembukaan kantor administrasi publik di desa Pazigyi,” kata Zaw Min Tun di saluran TV militer Myawaddy.
“Kami telah meluncurkan serangan terhadap mereka. Kami diberi tahu bahwa PDF terbunuh pada acara itu di bawah serangan itu. Mereka menentang pemerintah kita," ungkapnya.
Kecaman internasional
Serangan itu dikecam secara internasional.
- PBB
Seorang pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan ketidakpedulian global terhadap situasi di Myanmar berkontribusi pada serangan itu.
“Serangan militer Myanmar terhadap orang-orang tak berdosa, termasuk serangan udara hari ini di Sagaing, dimungkinkan oleh ketidakpedulian dunia dan mereka yang memasok senjata,” kata Tom Andrews, Pelapor Khusus PBB untuk Situasi Hak Asasi Manusia di Myanmar.
“Berapa banyak anak Myanmar yang harus mati sebelum para pemimpin dunia mengambil tindakan yang kuat dan terkoordinasi untuk menghentikan pembantaian ini?," ucapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.