Kamis, 2 Oktober 2025

Mengapa karyawan bisa menang menghadapi perusahaan dalam mempertahankan WFH?

Ketika aturan untuk kembali bekerja di kantor mulai diterapkan, para pekerja mengancam akan berhenti. Dalam beberapa kasus, mereka…

Namun, pada akhir 2022, ketika penurunan ekonomi membayangi dan PHK meningkat, perusahaan lintas sektor mulai menghilangkan fleksibilitas, mewajibkan lebih banyak hari kerja dan mengatur jadwal.

Beberapa perusahaan yang sebelumnya mengatakan telah menerapkan kebijakan bekerja dari mana saja, seperti perusahaan berbagi tumpangan Lyft, mengingkari janji tersebut dan meminta pekerjanya kembali ke kantor.

Meski ada tren PHK saat ini, banyak pekerja tidak mengindahkan seruan untuk kembali ke kantor.

Sebaliknya, mereka tampaknya bersatu dalam mendorong kebijakan kantor yang fleksibel dan menolak kembali ke kantor.

Goldman Sachs, misalnya, pertama kali mengamanatkan para pekerjanya kembali bertatap muka penuh waktu pada Februari 2022.

Namun setahun kemudian, pada Januari 2023, tingkat kehadiran di kantor bank investasi itu masih 10% hingga 15% lebih rendah dari tingkat pra-pandemi.

Dan pada Mei, karyawan korporat Amazon dan Starbucks AS dengan keras memprotes aturan kembali ke kantor.

Penolakan terjadi dii perusahaan-perusahaan besar. Pada Juni, data dari Kastle Systems, menunjukkan bahwa rata-rata kehadiran di tempat kerja pada 41.000 bisnis di AS berada di bawah 50%.

Beberapa penolakan yang berkelanjutan, kata Shrm's Link, disebabkan banyak pekerja sadar bahwa mereka masih dibutuhkan, bahkan selama periode pengurangan jumlah karyawan secara massal.

“Jumlah lowongan kerja terus meningkat, terutama di industri yang masih memiliki kesenjangan keterampilan seperti perusahaan investasi teknologi dan keuangan, meskipun mereka di-PHK. Itu terus menjadi sumber kekuatan bagi karyawan, yang terus mengutamakan fleksibilitas.”

Fischbach setuju bahwa beberapa mandat kembali ke kantor mungkin terhenti karena produktivitas pekerja juga tetap tinggi, dan manajer di level menengah mungkin lebih bersedia mengizinkan tim yang berfungsi dengan baik untuk bekerja dari rumah dibandingkan para pemimpin senior.

“Dibandingkan dengan para eksekutif yang melihat visi jangka panjang organisasi, para manajer lebih cenderung untuk fokus pada keseharian dan mereka tahu para pekerja mungkin lebih produktif bekerja dari rumah.”

Apa yang terjadi selanjutnya?

Dalam upaya memecahkan kebuntuan, adu kekuatan yang berkelanjutan mengubah cara pengusaha memberlakukan kebijakan.

Beberapa perusahaan sekarang mengeluarkan ultimatum: karyawan yang menolak bekerja di kantor akan dikenai tindakan disipliner.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved