Senin, 29 September 2025

Populer Internasional: Atap Sekolah Ambruk di China - Alasan Swedia Biarkan Aksi Pembakaran Al Quran

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya 12 orang tewas di China setelah atap gedung sekolah runtuh.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Kolase Tribunnews/AFP
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya 12 orang tewas di China setelah atap gedung sekolah runtuh. 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Presiden Zelensky mengungkap mengapa serangan balik Ukraina dirasa kurang maksimal.

Sementara itu, pasukan Wagner yang berada di Belarusia dilaporkan tak sabar ingin menyerang Polandia.

Di China, sebuah atap gedung sekolah runtuh mengakibatkan 12 orang tewas dan lainnya luka-luka.

Aksi pembakaran dan penodaan Al Quran marak terjadi di Swedia. Ada alasan mengapa negara tersebut membiarkan aksi semacam itu.

Selengkapnya, berikut rangkuman berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

Baca juga: Serangan Langsung ke Ibu Kota Rusia, Drone Ukraina Sasar Kantor Kementerian Keamanan Putin di Moskow

1. Presiden Zelensky Ungkap Alasan Gagalnya Serangan Balasan Ukraina ke Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengungkap alasan hasil serangan balasan ke Rusia yang kurang maksimal.

Presiden Zelensky menghubungkan penundaan pasokan senjata yang menyebabkan hasil serangan balasan yang kurang baik untuk Ukraina.

Ia juga menyoroti kurangnya pelatihan tentara Ukraina untuk mengoperasikan senjata yang dijanjikan oleh sekutu Barat.

“Kami memang memiliki rencana untuk memulai (serangan balasan) di musim semi, tapi kami tidak melakukannya, karena sejujurnya, kami tidak memiliki cukup amunisi dan persenjataan dan tidak cukup brigade yang terlatih dengan baik dalam senjata ini,” kata Zelensky kepada Fareed Zakaria dari CNN Internasional, Minggu (23/7/2023).

Presiden Zelensky menambahkan, pengadaan latihan tentara Ukraina di luar wilayah Ukraina semakin berkontribusi pada penundaan itu.

Menurutnya, penundaan serangan balasan ini menguntungkan Rusia karena mereka bisa membangun garis pertahanan.

"Ini memungkinkan Rusia untuk menambang semua tanah kami dan membangun beberapa garis pertahanan, sehingga memaksa militer Ukraina untuk memperlambat serangan balasan kami," katanya.

Presiden Ukraina itu tidak ingin kehilangan pasukan dan senjata jika nekat melakukan serangan balasan dengan peralatan seadanya pada waktu itu.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan