Anies-Cak Imin deklarasi bakal capres-cawapres, bagaimana elektabilitasnya?
Duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar dalam pemilihan presiden 2024 menjadi kejutan yang tak terprediksi sebelumnya. Apakah manuver…
Ketua Harian Partai Gerindra Dasco menyatakan, dengan bergabungnya PKB ke Nasdem dan mendukung Anies Baswedan sebagai capres, "kerja sama politik antara Gerinda dan PKB telah berakhir".
"Dengan dinamika yang terjadi serta terhadap keputusan yang telah diambil oleh PKB yaitu menerima kerja sama politik dengan Partai NasDem, sehingga otomatis menyebabkan kerja sama politik Gerindra dan PKB berakhir," kata Dasco dalam jumpa pers di gedung DPR, Jumat (01/09).
Dia mengatakan setelah Gerindra dan PKB putus hubungan kerja sama politik, maka Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) pun ikut bubar.
Menanggapi duet Anies-Cak Imin, Prabowo Subianto merespons singkat, "Ya, inilah demokrasi kita, demokrasi kita musyawarah."
Ketika ditanya siapa yang akan jadi pendampingnya dalam pemilu mendatang, Prabowo dengan singkat mengatakan, "Nanti saatnya ada."
Sejauh mana Cak Imin bisa mendongkrak suara Anies?
Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam jajak pendapat terbaru merilis pasangan capres yang paling banyak dipilih masyarakat.
Dalam survei yang dilakukan 3-9 Agustus lalu, LSI menempatkan nama AHY pada posisi teratas (22%) yang dianggap "paling pantas" mendampingi Anies Baswedan.
Di posisi berikutnya terdapat Sandiaga Uno (21,4%), Khofifah (9,2%), Susi Pudjiastuti (5,4%), dan Airlangga Hartarto (2,8%).
Nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berada di posisi ke-6 dalam sigi ini dengan poin 2,6%, sebagaimana dilaporkan kanal YouTube LSI.
Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), A. Khoirul Umam yang tidak ikut dalam survei ini, "potensi kemenangan pasangan Anies-Imin agak problematik".
"Karena lemahnya elektabilitas Anies kurang terbantu oleh elektabilitas Cak Imin yang belum optimal," kata Khoirul.
Menurutnya, Anies dan Cak Imin juga jangan berharap banyak akan memperoleh suara dari pengikut Nahdlatul Ulama (NU).
"Karena selama satu tahun terakhir ini, PKB betul-betul menjual habis Prabowo ke para kiai sepuh dan simpul-simpul pesantren di semua jaringan Nahdliyyin [pengikut NU], sembari meyakinkan bahwa Prabowo tokoh pemersatu, dan kelompok Islam kanan-konservatif saat ini berada di kubu Anies Baswedan," kata Khoirul.
Dengan kata lain, menurut Khoirul, para pengikut NU "sudah terlanjur mendukung Prabowo", dan sekarang akan sulit untuk diyakinkan mendukung Anies.
"Artinya, langkah politik Anies agak berat untuk recover elektabilitas," katanya.
Menurut Aisah Putri Budiarti, peneliti dari Pusat Riset Politik BRIN, manuver politik ini justru "bisa mengisi kantong suara yang bolong" di kubu Anies Baswedan.
"Tapi, ini tergantung dari strategi politik yang akan digunakan keduanya," kata Puput, sapaan Aisah Putri Budiarti.
Puput mengatakan manuver politik Anies dan Cak Imin memiliki peluang 'start awal' dibandingkan Prabowo dan Ganjar yang belum menentukan pilihan cawapresnya.
"Paling tidak, mengumumkan bahwa Anies-Imin punya strategi politik. Programnya ABCDE, yang menjadi keunggulan mereka, sehingga orang lekat dengan duet dari kedua calon tadi," tambahnya.
Sejauh mana memengaruhi elektabilitas Prabowo?
Nama Prabowo selama ini digadang-gadang PKB untuk diusung menjadi bakal capres. Tapi, dengan dinamika politik terbaru ini, PKB yang didirikan oleh NU, kemungkinan membatalkan usungannya tersebut.
Menurut Puput perpecahan suara pengikut NU sudah biasa ada dalam pemilu. Suara Prabowo dari pengikut NU kemungkinan akan berkurang meskipun tidak sepenuhnya. Hal ini, sekali lagi, kata Puput tergantung strategi politik yang akan ia diambil, termasuk jeli memilih pasangan.
"Dari segi person, bisa diisi oleh sosok yang representatif atau paling tidak mewakili NU. Itu bisa menguntungkan untuk Prabowo ke depan," tambahnya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Menurut pengamatan Direktur Eksekutif Indostrategic, A. Khoirul Umam, ini akan menjadi peluang PDI Perjuangan untuk merangkul Partai Demokrat demi memperkuat dukungan bagi Ganjar Pranowo dalam kontestasi pilpres 2024.
"Di sisi lain, Prabowo yang baru saja kehilangan PKB tentu juga berusaha mendekati Demokrat dan PKS yang jelas-jelas punya sejarah dukungan dalam Pilpres sebelumnya," kata Khoirul.
Apa pelajaran buat masyarakat?
"Nggak ada dari kita yang bisa menduga, seperti tebak-tebak buah manggis. Semuanya bisa berubah," kata Puput.
Menurut Puput, apapun suara masyarakat dalam konteks pemilihan capres-cawapres tidak akan berkontribusi apa-apa. "Karena itu permainan politiknya elit-elit," katanya.
Apa yang bisa dilakukan masyarakat, kata Puput, adalah menantang semua calon presiden yang akan berlaga di 2024. Menantang dengan isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat, dan sejauh mana mereka bisa memberikan solusinya.
"Pada saat ini kita bisa menantang calon-calon itu untuk memikir isu-isu, pada hal programatis, dan visi dan misi," jelas Puput.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.