Rabu, 27 Agustus 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Menerka Fobia Israel, Ada Peran Emak-emak Palestina yang Dianggap sebagai Ancaman

Ketakutan Israel terhadap orang-orang Palestina bukan hanya bersifat fisik atau materi, namun juga bersifat eksistensial.

Editor: Willem Jonata
FADEL SENNA / AFP
Seorang tahanan Palestina memeluk ibunya setelah dibebaskan dari penjara Israel dengan imbalan sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas dari Jalur Gaza, di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada 26 November 2023. 

Tidak mengherankan jika Israel yang meskipun memiliki kekuatan militer memadai, terus merasa takut terhadap Palestina setelah mereka menduduki seluruh tanah mereka.

Ketakutan Israel terhadap orang-orang Palestina bukan hanya bersifat fisik atau materi, namun juga bersifat eksistensial.

Israel pada dasarnya meninggalkan Gaza karena rasa takut pada tahun 2005. Israel menerapkan blokade tidak manusiawi terhadap dua juta orang, sebagian besar pengungsi, yang tinggal di sana.

Israel takut akan hal-hal berkaitan dengan ketabahan Palestina, persatuan Palestina, demokrasi Palestina, puisi Palestina, dan semua simbol nasional Palestina, termasuk bahasa dan benderanya. Dan karenanya, Israel membuat larangan.

Israel terutama takut terhadap ibu-ibu Palestina yang melahirkan bayi, yang mereka sebut sebagai “ancaman demografis”.

Ketakutan itu ditambah dengan analisis seorang sejarawan yang memperingatkan 12 tahun lalu, bahwa demografi adalah ancaman terhadap kelangsungan hidup negara Yahudi seperti halnya Iran yang memiliki nuklir, karena dalam pandangannya, warga Palestina bisa menjadi mayoritas pada tahun 2040-2050.

Hanin Barghouti (tengah) seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel berbicara setelah dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia di Tepi Barat yang diduduki pada 24 November 2023. Setelah 48 hari tembakan dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP)
Hanin Barghouti (tengah) seorang tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel berbicara setelah dia dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dengan imbalan sandera yang ditahan di Gaza, di Baytunia di Tepi Barat yang diduduki pada 24 November 2023. Setelah 48 hari tembakan dan pemboman yang merenggut ribuan nyawa, sandera pertama yang dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas diserahkan pada 24 November, kata kedua belah pihak, hampir tujuh minggu setelah mereka ditangkap. (Photo by AHMAD GHARABLI / AFP) (AFP/AHMAD GHARABLI)

Mungkinkah itu gambaran dari tujuan serangan tujuh pekan yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza, lebih dari 14 ribu orang tewas, mayoritas anak-anak dan perempuan Palestina?

Yang jelas, dengan kebencian yang sudah tertanam sangat kuat di kedua pihak, Shachar pesimis perdamaian antara Israel dan Palestina bisa terjadi di masa depan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan