Perang Gaza Perparah Konflik Air Palestina dan Israel
Ketergantungan warga Palestina di Jalur Gaza kepada suplai air dari Israel menjadi fatal di tengah berkecamuknya perang melawan Hamas.…
Perjanjian interim antara Israel dan Palestina pada 1995 atau disebut Oslo II telah meregulasi suplai air bagi kedua bangsa. Perjanjian yang sedianya berlaku selama lima tahun itu memberikan Israel kewenangan atas 80 persen cadangan air di Tepi Barat.
‘Kelangkaan buatan'
Palestina menuduh Israel membatasi suplai air di Tepi Barat dan mengalihkannya untuk memasok pemukiman ilegal Yahudi.
Israel yang memiliki teknologi penyulingan mutakhir sebaliknya bersikeras telah mengirimkan suplai air yang cukup.
Laporan organisasi HAM Israel, B'Tselem, menyebut betapa warga Israel di pemukiman ilegal di Tepi Barat menggunakan tiga kali lipat volume air ketimbang penduduk Palestina.
Kelangkaan air di Tepi Barat "tidak bisa diklaim sebagai sebuah takdir, bencana alam atau krisis air regional, tulis organisasi tersebut. "Kelangkaan ini adalah hasil dari kebijakan diskriminatif Israel untuk secara sengaja menciptakan kelangkaan buatan yang berkepanjangan di antara populasi,” Palestina.
Keterbatasan sumber air menjadikan pasokan air bersih isu politik, menurut peneliti Belanda Lossow. Dia mengatakan, suplai air di Tepi Barat semakin berkurang dalam beberapa tahun terakhir.
"Turunnya muka air di Laut Mati sebanyak rata-rata satu meter per tahun menunjukkan tingginya tekanan terhadap sumber air lokal,” kata dia.
"Situasi politiknya juga menyulitkan pasokan air yang lebih baik,” imbuhnya.
Perebutan air antara Palestina dan Israel merupakan isu lama, lanjut Lossow. "Tapi, ini hanya satu dari sejumlah komponen besar yang ikut membentuk konflik ini, bersama dengan perebutan wilayah teritori, identitas, agama dan militer.”
rzn/hp
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.