Konflik Palestina Vs Israel
Bombardir Israel Bisa Perburuk Situasi, Rezim Iran Terancam Runtuh Imbas Keruwetan Masalah Domestik
Iran sedang krisis di tengah ketegangan konflik langsung dengan Israel. Selain inflasi, terjadi penurunan kohesi sosial di masyarakatnya.
TRIBUNNEWS.COM - Keputusan Iran terlibat konflik secara langsung dengan Israel dinilai tidak bijaksana.
Sebab, Iran saat ini mengalami masalah domestik yang sangat genting.
Kritik tersebut disampaikan mantan menteri tenaga kerja sekaligus pejabat intelijen Iran Ali Rabiei dalam sebuah artikel yang diterbitkan di harian Etemad pada hari Jumat dan diterbitkan kembali di situs Iran International.
Dia menekankan bahwa tanpa mengatasi masalah domestik, tidak bijaksana bagi Teheran untuk terlibat dalam konflik langsung dengan Israel, yang menurutnya, hanya akan memperburuk situasi.
Rabiei menekankan perlunya tata kelola yang bijaksana dan manajemen krisis yang efektif untuk mengantisipasi runtuhnya sistem tata pemerintahan Iran.
“Pertama-tama kita harus memitigasi dampak krisis yang ada untuk mencegah runtuhnya sistem,” tegas Rabiei.
Dia menunjuk pada krisis ekonomi termasuk inflasi yang mencapai sekitar 50 persen, menurunnya kohesi sosial, dan ketidakstabilan psikologis yang ada dalam masyarakat seiring beberapa krisis mendesak yang dihadapi negara dan kepemimpinan politiknya.
Mengingat keadaan ini, Rabiei menganjurkan penerapan "kebijakan perdamaian" untuk mengurangi ketegangan dan memupuk persatuan dan empati dalam masyarakat.
Berbagai protes anti-rezim di seluruh negeri telah mengguncang penguasa agama-militer Republik Islam sejak tahun 2018.
Pasukan keamanan telah membunuh ribuan pengunjuk rasa dan memenjarakan puluhan ribu lainnya untuk meredam kerusuhan terbesar pada bulan November 2019 dan pada tahun 2022-2023.
Dalam pemilihan parlemen pada tanggal 1 Maret, mayoritas pemilih tetap tinggal di rumah, sehingga semakin merusak legitimasi aparat pemerintah.
Meskipun Rabiei tidak secara eksplisit menyebutkan kebijakan wajib jilbab pemerintah dalam artikelnya, pernyataannya dapat diartikan sebagai kritik tersirat terhadap kampanye kontroversial penegakan jilbab yang diprakarsai oleh lembaga penegak hukum, yang mulai berlaku pada hari Sabtu.
Sebelumnya, media Iran melaporkan penangkapan istri dan anak perempuan Ahmadreza Abedzadeh, seorang tokoh terkemuka dalam sejarah sepak bola Iran, di Teheran karena menolak mematuhi peraturan jilbab.
Banyak perempuan yang telah meninggalkan jilbab, sebuah fenomena yang sangat meresahkan para ulama yang berkuasa, yang melihat pembangkangan perempuan sebagai tantangan langsung terhadap cengkeraman ideologis mereka di masyarakat.
Kebijakan dalam negeri yang represif dan tekanan yang semakin meningkat, khususnya terhadap perempuan, telah memicu ketidakpuasan yang meluas dan mendelegitimasi pemerintah.
Konflik Palestina Vs Israel
Israel dan Palestina Capai Kesepakatan Damai, Hamas Kemungkinan Bebaskan Sandera Sabtu Ini |
---|
Kemenkeu: Bantuan Rp 200 Miliar ke Gaza Disalurkan untuk Dapur Umum hingga Suplemen Ibu Hamil |
---|
Italia Gerak Cepat Usai Gencatan Senjata, Siap Kirim Pasukan ke Gaza Demi Perdamaian |
---|
Parlemen Spanyol Sahkan Embargo Senjata Total terhadap Israel, Respons atas Genosida di Gaza |
---|
Perjanjian Gaza Tahap 1 Diteken: 20 Sandera Israel Bebas, Ribuan Tahanan Palestina Pulang Pekan Ini |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.