Minggu, 10 Agustus 2025

Semakin Banyak Warga Singapura dan Jepang Pilih Melajang, Tolak Menikah, Ini Penyebabnya

Singapura dan Jepang, termasuk China, kini menghadapi masalah baru jumlah warga menikah menurun drastis.

Penulis: Hasanudin Aco
HOTELS FAIRY
Suasana malam Kota Tokyo, warga banyak berjalan kaki. 

Ini merupakan jumlah kelahiran terendah sejak dimulainya pencatatan statistik pada tahun 1899.

Hal ini disebabkan jumlah pernikahan turun 5,9% menjadi 489.281 pasangan, turun di bawah setengah juta untuk pertama kalinya dalam 90 tahun.

Salah satu alasan utama menurunnya jumlah kelahiran.

Kelahiran di luar pernikahan jarang terjadi di Jepang karena nilai-nilai keluarga yang didasarkan pada tradisi patriarki.

Survei menunjukkan banyak kaum muda Jepang enggan menikah atau memiliki keluarga, terhalang oleh prospek pekerjaan yang suram, biaya hidup tinggi yang meningkat lebih cepat daripada gaji, dan budaya perusahaan yang tidak cocok dengan kehadiran kedua orang tua yang bekerja mencari nafkah.

Suara tawa maupun tangis bayi serta suara anak-anak bermain di luar semakin dianggap sebagai gangguan, membuat banyak orang tua muda merasa terisolasi.

Sekretaris Kabinet Utama Yoshimasa Hayashi mengatakan kepada wartawan pada Selasa (27/2/2024) bahwa tingkat kelahiran yang terus menurun berada pada "keadaan kritis."

Jumlah kelahiran di Jepang telah mengalami penurunan sejak 50 tahun yang lalu, saat mencapai puncak sekitar 2,1 juta.

Penurunan jumlah kelahiran bayi baru hingga di bawah 760.000 per tahun terjadi lebih cepat daripada proyeksi sebelumnya yang memperkirakan itu akan terjadi pada tahun 2035.

Diperkirakan, populasi Jepang yang lebih dari 125 juta akan turun sekitar 30% menjadi 87 juta pada tahun 2070, dengan empat dari setiap 10 orang berusia 65 tahun atau lebih.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan