Senin, 15 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Gaza: Bersedia Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah

AS dan Israel akhirnya meminta Hamas membebaskan hanya 5 orang dalam negosiasi. Hamas bersedia melepas 1 tentara IDF dan empat jenazah sandera

Telegram/Brigade Al-Qassam
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), (atas, kiri-kanan): sandera Israel, Omer Shem Tov cium kening Al-Qassam dan Al-Qassam pamer senjata. (bawah, kiri-kanan): 3 tentara Israel dibebaskan dan 2 sandera (Tal Shoham dan Avera Mengistu) dibebaskan. Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel pertukaran tahanan gelombang ke-7, dengan imbalan 602 tahanan Palestina. 

Pernyataan-Pernyataan Terbaru Hamas Soal Situasi Gaza: Bebaskan Tentara Israel-AS, 4 Jenazah

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Perlawanan Hamas mengumumkan sejumlah pernyataan terbaru terkait perkembangan situasi Jalur Gaza.

Pernyataan ini terkait berlangsungnya negosiasi gencatan senjata dengan Israel di Doha, Qatar, RNTV melaporkan, Jumat (14/3/2025).

Laporan menjelaskan, Hamas menyatakan kalau tingkat kepemimpinannya menerima proposal dari mediator gencatan senjata untuk melanjutkan negosiasi dengan Israel. 

Baca juga: Qassam Balas Ultimatum Israel: Tel Aviv Saksikan Lagi Kematian Sandera Jika IDF Nekat Lanjut Perang

Gerakan itu mengatakan pihaknya "membahas proposal tersebut dengan pendekatan yang bertanggung jawab dan positif, menyerahkan tanggapannya pagi ini."

Hasilnya, Hamas menyatakan, bersedia membebaskan seorang tentara Israel (IDF) Aidan Alexander berkewarganegaraan Israel-Amerika Serikat (AS).

Selain tentara IDF itu, Hamas juga akan membebaskan empat jenazah sandera Israel yang tewas selama agresi Israel dalam 15 bulan di Gaza.

Berikut pernyataan lengkap Hamas terkait perkembangan situasi gencatan senjata di Gaza:

Kemarin, delegasi dari pimpinan Hamas menerima proposal dari mediator untuk melanjutkan negosiasi.

Gerakan ini membahas proposal secara bertanggung jawab dan positif, dan menyampaikan tanggapan kami pagi ini. 

Tanggapan itu termasuk perjanjian gerakan untuk membebaskan tentara Israel, Aidan Alexander, yang memegang kewarganegaraan Amerika, bersama dengan tubuh empat orang lainnya dengan kewarganegaraan ganda.

Hamas menegaskan kesiapannya sepenuhnya untuk memulai negosiasi dan mencapai kesepakatan komprehensif tentang masalah fase kedua, mendesak pendudukan untuk memenuhi komitmen penuhnya."

PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis.
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Kamis (20/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam membawa salah satu peti mati dari empat jenazah sandera Israel; Kfir Bibas (9 bulan), Ariel Bibas (4), ibu mereka bernama Shiri Bibas (32) dan Oded Lifshitz (83), dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Kamis. (Telegram Brigade Al-Qassam)

Tuduh Israel-AS Memandekkan Negosiasi Gencatan Senjata

Sumber Hamas juga menuduh Pendudukan Israel dan mediator AS berusaha memandekkan negosiasi pada fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata dengan membatasi negosiasi hanya untuk aspek pertukaran tahanan.

Hamas diketahui teguh meminta agar negosiasi juga membahas seputar penarikan mundur pasukan IDF serta pembukaan penuh blokade terhadap akses masuk bantuan ke Gaza seperti yang sudah diagendakan.

Menurut sumber itu, utusan Timur Tengah AS Steve Wittoff mengusulkan pembebasan setengah dari tahanan dan setengah dari jenazah sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

Namun, proposal ini ditolak Hamas.

Belakangan, permintaan akhir dari pihak AS dan Israel berkurang menjadi meminta Hamas membebaskan hanya lima individu.

Hamas bersedia, dengan menyatakan mau membebaskan satu tentara IDF dan empat jenazah sandera berkewarganegaraan ganda.

"Sumber itu mencatat bahwa sementara negosiasi tetap macet, namun tetap ada optimisme tentang kemungkinan mencapai kesepakatan," kata laporan RNTV.

Pembicaraan saat ini sedang berlangsung di Doha untuk memajukan fase kedua dari perjanjian tersebut.

PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina.
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

Tak Ingin Berperang Tapi Tak Punya Pilihan

Sebelumnya, pada Kamis, Juru bicara Hamas Hazem Qassem mengatakan kalau pertemuan dengan para mediator di Doha mengenai perjanjian gencatan senjata di Gaza masih terus berlanjut.

Hamas membaca kalau usulan-usulan baru yang disodorkan justru "bertujuan untuk membuntukan negosiasi dengan menghindari pemenuhan kewajiban dari perjanjian tersebut."

Dalam pernyataan di saluran Telegram gerakan tersebut, dia menyatakan Hamas mematuhi apa yang telah disepakati dan memasuki pelaksanaan fase kedua dengan memenuhi kewajibannya untuk tidak kembali berperang dan menarik diri dari seluruh Jalur Gaza.

Ia melanjutkan, pada gilirannya Hamas juga mendesak Israel untuk mematuhi pelaksanaan janji untuk menarik diri dari Gaza dan mulai menarik diri dari Koridor Philadelphia, seraya menambahkan bahwa Israel juga telah gagal melaksanakan protokol kemanusiaan perjanjian tersebut.

Blokade bantuan masuk ke Gaza serta pemutusan pasokan listrik, menjadi satu di antara banyak pelanggaran yang terus dilakukan Israel atas penjanjian yang ada.

Ia melanjutkan, "Kami tidak ingin kembali berperang, dan jika pendudukan melanjutkan agresinya, kami tidak punya pilihan selain membela rakyat kami."

Sebelumnya, Axios melaporkan bahwa utusan AS Steve Witkoff telah mengajukan proposal terbaru untuk memperpanjang gencatan senjata di Gaza hingga 20 April.

Axios mengutip sumber yang mengatakan bahwa proposal yang diperbarui tersebut mencakup perpanjangan gencatan senjata selama beberapa minggu dengan imbalan Hamas membebaskan lebih banyak tahanan dan melanjutkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Sumber tersebut menambahkan bahwa jika gencatan senjata jangka panjang tercapai, Hamas akan membebaskan semua tahanan pada hari terakhir perjanjian yang diperpanjang.

Sumber-sumber melaporkan bahwa Israel memberikan "tanggapan positif" kepada utusan AS, sementara para mediator menunggu tanggapan Hamas.

Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba. Karena hujan yang membasahi tenda pengungsian Palestina akan menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah.
KONDISI GAZA - Selain kelaparan, jutaan warga Gaza dibayangi ancaman risiko penyebaran penyakit dan wabah saat musim dingin tiba. Karena hujan yang membasahi tenda pengungsian Palestina akan menyebabkan penumpukan banjir limbah di area rendah. (Al Jazeera)

Hamas: Warga Internasional Abai atas Kejahatan Perang Israel

Hamas juga menyatakan kalau laporan baru-baru ini oleh komite investigasi PBB menegaskan tingkat keparahan kejahatan perang yang dilakukan oleh Pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Dalam sebuah pernyataan pers, Hamas menilai masyarakat internasional mengabaikan dan menyangkal kejahatan Israel yang dirinci dalam laporan tersebut, menyerukan tanggapan global yang serius dan terpadu untuk menghentikan pelanggaran ini. 

"Laporan ini adalah bukti lain dari kejahatan mengerikan yang terus dilakukan pendudukan terhadap orang-orang kami," kata pernyataan itu.

Hamas mendesak badan-badan peradilan internasional, termasuk Mahkamah Internasional (ICJ) dan Pengadilan Pidana Internasional (ICC), untuk mengambil tindakan hukum berdasarkan temuan laporan tersebut.

Ia meminta lembaga-lembaga ini untuk memulai proses terhadap Israel dan meminta pertanggungjawaban atas tindakannya. Ia juga meminta masyarakat internasional untuk segera campur tangan untuk mencegah Pendudukan Israel dan menghentikan kejahatannya, menekankan perlunya menegakkan ketentuan perjanjian gencatan senjata.

 

(oln/rntv/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan