Krisis Korea
Korea Selatan Gelar Pilpres 3 Juni Usai Yoon Suk Yeol Dimakzulkan karena Darurat Militer
Korea Selatan akan menggelar pemilihan presiden pada 3 Juni 2025 mendatang menyusul pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Bobby Wiratama
Pemimpin oposisi dari Partai Demokrat, Lee Jae-myung, muncul sebagai kandidat terkuat dengan dukungan sekitar 34 persen berdasarkan survei Gallup terbaru.
Ia sebelumnya menjadi penantang Yoon dalam Pilpres 2022, namun kalah tipis.
Kini, Lee kembali maju meski masih menghadapi beberapa tuduhan hukum dan kasus korupsi yang belum tuntas.
Sementara itu, pesaing terdekatnya adalah Kim Moon-soo, Menteri Tenaga Kerja dan anggota Partai Kekuatan Rakyat.
Pemilu ini berlangsung di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump, yang baru saja menerapkan tarif 25 persen atas sebagian besar impor Korea Selatan.
Meski sektor semikonduktor dikecualikan, industri otomotif—penyumbang ekspor terbesar Korsel ke AS—terkena dampaknya.
Baca juga: Setelah Yoon Suk Yeol Dimakzulkan, Seoul Pastikan Demokrasi dan Ekonomi Korsel Tetap Terjaga
Menteri Perdagangan Korea Selatan, Cheong In Kyo, telah berangkat ke Washington untuk merundingkan keringanan tarif dengan pemerintah AS.
Dengan berbagai tekanan politik dan ekonomi, pemilu mendatang menjadi penentu masa depan demokrasi Korea Selatan.
Han menegaskan bahwa pemerintahannya akan tetap fokus menjaga stabilitas hingga presiden baru terpilih dan resmi menjabat.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.