Minggu, 10 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Operasi Rough Rider AS Tak Berefek, Houthi Bombardir Tel Aviv dan 2 Kapal Perusak di Laut Merah

Meski digempur AS dengan serangan udara, Houthi Yaman malah makin menjadi dengan menyerang Israel dan kapal perang Amerika sekaligus

HandOut/Houthi via Getty Images
RUDAL YAMAN - Dalam foto selebaran yang disediakan oleh pusat media Houthi, para petempur Houthi berpartisipasi dalam latihan militer pada 12 Maret 2024, di Sana’a, Yaman. Houthi menyatakan tetap mendukung Gaza dalam melawan Israel meski mereka digempur Amerika Serikat. 

Operasi Rough Rider AS Tak Berfek, Houthi Bombardir Tel Aviv dan 2 Kapal Perusak di Laut Merah

TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Houthi Yaman, Senin (7/4/2025) malam menyatakan kalau mereka melancarkan serangan pesawat tak berawak terhadap target militer di Tel Aviv , Israel.

Selain serangan ke Israel, Houthi juga mengaku menyerang dua kapal perusak Amerika Serikat (AS) di Laut Merah dengan rudal dan pesawat tak berawak.

Baca juga: AS Gagal Lemahkan Houthi Yaman Meski Habiskan Hampir Rp 16,5 Triliun dalam 3 Pekan Serangan

Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, menyatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi bahwa angkatan udara kelompok itu "melakukan operasi yang menargetkan lokasi militer musuh Israel di wilayah Yafa yang diduduki dengan menggunakan pesawat tanpa awak tipe Yafa."

Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang targetnya.

Yahya Saree menambahkan kalau operasi serangan terpisah "menargetkan dua kapal perusak Amerika di Laut Merah dengan beberapa rudal bersayap dan pesawat tak berawak."

AS belum mengomentari laporan Houthi.

Namun, militer Israel mengatakan bahwa angkatan udaranya mencegat sebuah pesawat nirawak yang mendekat dari arah timur pada hari sebelumnya sebelum pesawat itu memasuki wilayah Israel.

Tidak ada alarm yang diaktifkan sesuai dengan protokol, demikian pernyataan militer.

Baca juga: Hamas Kembali Menyentak, Kota-Kota Israel Dihujani Roket dari Deir al-Balah Gaza Tengah

Radio Angkatan Darat Israel mengonfirmasi bahwa pesawat nirawak tersebut berasal dari Yaman.

Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan "tindakan militer yang tegas dan kuat" terhadap Houthi dan kemudian mengancam akan "memusnahkan mereka sepenuhnya."

Setidaknya 76 warga sipil tewas dan 182 lainnya terluka dalam serangan udara AS di Yaman sejak 15 Maret, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi.

Kelompok Houthi telah menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden sejak November 2023 sebagai bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Jalur Gaza, tempat Israel telah menewaskan lebih dari 50.700 orang dalam serangan brutal.

Kampanye serangan udara dimulai setelah kelompok itu mengancam akan memulai kembali penargetan kapal karena Israel menghalangi bantuan memasuki Gaza.

RUDAL HOUTHI YAMAN - Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa.
RUDAL HOUTHI YAMAN - Foto ini diambil dari Telegram Houthi pada Kamis (20/3/2025), memperlihatkan dua rudal hipersonik Palestine 2 diluncurkan ke dua target militer musuh Zionis di Jaffa yang diduduki pada 19 Desember 2024. Pada Selasa (19/3/2025), Houthi kembali meluncurkan rudal balistik Palestine 2 ke Jaffa. (Telegram Houthi)

Operasi Militer AS Tak Berefek ke Houthi

Serangan-serangan lanjutan Houthi ini terjadi saat AS telah menghabiskan lebih dari 200 juta dollar untuk amunisi presisi dalam serangan intensif terhadap kelompok Houthi di Yaman.

Menurut laporan New York Times, biaya operasi perang ini diperkirakan akan melampaui 1 miliar dollar dalam waktu dekat.

Meskipun serangan yang dilakukan AS, yang dikenal sebagai Operasi Rough Rider, berlangsung besar-besaran, pejabat AS mengakui bahwa serangan tersebut belum mampu menggoyahkan kekuatan Houthi.

"Serangan ini tidak mengubah kemampuan operasional mereka secara signifikan," ungkap seorang pejabat militer yang meminta namanya dirahasiakan.

Padahal sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim bahwa serangan tersebut membuat Houthi "hancur lebur".

Namun laporan menunjukkan bahwa sebagian besar persenjataan bawah tanah, termasuk rudal dan drone milik Yaman, tetap utuh, mengutip Al Mayadeen.

Bunker-bunker yang kuat dan persediaan senjata tersembunyi telah mengurangi dampak dari serangan udara yang dilakukan oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS.

Skala Operasi dan Kekhawatiran di Pentagon

Operasi Rough Rider, yang diluncurkan pada 15 Maret 2025, melibatkan dua kapal induk, pesawat pengebom B2, jet tempur, dan sistem pertahanan udara seperti Patriot dan THAAD.

Para pejabat memperingatkan bahwa penggunaan besar-besaran amunisi canggih, seperti rudal Tomahawk dan bom luncur, dapat memberikan tekanan pada persediaan Angkatan Laut AS.

Hal ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan perencana Pentagon mengenai kesiapan menghadapi potensi konflik di masa depan, terutama dengan China terkait Taiwan.

Baca juga: Bertemu Netanyahu, Trump Minta Israel Segera Akhiri Perang Gaza demi Bisa Usir Warga Palestina

Meskipun serangan AS, Houthi tetap melancarkan operasi terhadap pengiriman barang yang terafiliasi dengan pendudukan Israel melalui Laut Merah.

Penilaian internal menunjukkan bahwa serangan tersebut tidak berdampak signifikan terhadap kemampuan operasional Houthi.

New York Times berspekulasi bahwa Gedung Putih akan segera meminta dana tambahan dari Kongres untuk mempertahankan kampanye yang diperkirakan akan berlangsung hingga enam bulan ke depan.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun serangan telah dilakukan, tantangan terhadap kekuatan Houthi di Yaman masih jauh dari selesai.

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan