Jumat, 26 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Armenia Putus Hubungan dengan Rusia dan Vladimir Putin Tak Bisa Menghentikannya

Perang Ukraina tersebut menguras sumber daya dan perhatian Rusia, sehingga terjadi kekosongan kekuasaan di Kaukasus Selatan. Armenia muak janji Moskow

Valery Sharifulin/TASS
BERPALING - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Armenia menunjukkan tanda-tanda mulai berpaling dari Rusia dalam hubungan kedua negara bekas Uni Soviet tersebut. 

"Ini tidak akan mudah. ​​Sumber-sumber Rusia sendiri mengakui bahwa sekarang "tidak ada seorang pun yang bisa berbicara atas nama Rusia" di Armenia," kata dia. 

Selain mantan presiden Robert Kocharyan dan Serzh Sargsyan yang sudah lanjut usia, keduanya tercemar oleh korupsi dan nostalgia terhadap otoritarianisme, kubu pro-Rusia kini seperti kota hantu. 

Buku pedoman Kiriyenko dilaporkan dimulai dengan "pekerjaan informasional." Dengan kata lain, propaganda.

Moskow juga mempersiapkan tokoh-tokoh oposisi yang disetujui Kremlin, dengan diam-diam menerbangkan mereka ke Moskow untuk berkonsultasi. 

"Namun, sulit untuk memenangkan hati dengan janji-janji kosong, terutama dari negara yang menelantarkan Anda dalam perang. Publik Armenia, terutama kaum muda, lebih tertarik pada visa ke Paris dan pekerjaan teknologi di Silicon Valley daripada dongeng Soviet," ujar Jason.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashynyan (kiri) selama pertemuan mereka menjelang pertemuan Pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) di Yerevan pada 23 November 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashynyan (kiri) selama pertemuan mereka menjelang pertemuan Pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) di Yerevan pada 23 November 2022. (KAREN MINASYAN / AFP)

Bangkitnya Kesadaran Armenia 

Armenia tidak hanya menjauh dari Rusia. Negara ini secara aktif membangun jembatan baru.

Kesepakatan damai dengan Azerbaijan semakin dekat, yang mungkin akhirnya membuka perbatasan tertutup dengan Turki dan mengubah Armenia dari pos terdepan yang terkurung daratan menjadi pusat regional.

Yerevan juga mempererat hubungan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Armenia menyambut baik misi perbatasan sipil Uni Eropa, dan menolak tawaran serupa dari Rusia.

Hal ini menyusul kesepakatan tahun lalu bagi penjaga perbatasan Rusia untuk menarik diri dari Bandara Zvartnots di Yerevan dan daerah perbatasan utama di dekat Azerbaijan, yang menyoroti langkah Armenia menjauh dari kendali langsung Moskow.

Dialog bantuan, investasi, dan keamanan Eropa terus berkembang sementara diplomat Amerika semakin sering berkunjung. Pada bulan April 2024, AS dan Armenia meluncurkan Dialog Strategis baru yang berfokus pada reformasi demokrasi dan kerja sama keamanan. Ini bukan sekadar basa-basi diplomatik; ini adalah jalur penyelamat.

"Armenia memahami bahwa masa depannya tidak terletak di bawah bayang-bayang kekaisaran yang sedang merosot, tetapi di antara demokrasi liberal yang menghargai kedaulatan dan kemitraan," kata dia.

Kepercayaan publik negara itu terhadap Rusia telah anjlok.

Sebuah jajak pendapat tahun 2024 oleh International Republican Institute menunjukkan hanya 31 persen warga Armenia yang memandang hubungan dengan Moskow secara positif, turun dari 93% pada tahun 2019.

Di mata sebagian besar warga Armenia, Prancis telah muncul sebagai sekutu politik utama negara mereka, diikuti oleh AS.

SAMBUT UTUSAN AS - Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat untuk menyambut Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) sebelum pembicaraan mereka di Moskow pada 25 April 2025. Setelah pertemuan itu, Putin mendadak mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina selama 3 hari pada 8 hingga 10 Mei 2025. Perintah gencatan senjata dari Rusia ini ditolak Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
SAMBUT UTUSAN AS - Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat untuk menyambut Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) sebelum pembicaraan mereka di Moskow pada 25 April 2025. Setelah pertemuan itu, Putin mendadak mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina selama 3 hari pada 8 hingga 10 Mei 2025. Perintah gencatan senjata dari Rusia ini ditolak Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. (RNTV/TangkapLayar)

Upaya Putin Sudah Terlambat

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan