Kamis, 25 September 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Armenia Putus Hubungan dengan Rusia dan Vladimir Putin Tak Bisa Menghentikannya

Perang Ukraina tersebut menguras sumber daya dan perhatian Rusia, sehingga terjadi kekosongan kekuasaan di Kaukasus Selatan. Armenia muak janji Moskow

Valery Sharifulin/TASS
BERPALING - Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Armenia menunjukkan tanda-tanda mulai berpaling dari Rusia dalam hubungan kedua negara bekas Uni Soviet tersebut. 

Armenia Putus Hubungan dengan Rusia dan Vladimir Putin Tak Bisa Menghentikannya

TRIBUNNEWS.COM - Rusia mulai kehilangan satu per satu sekutu setia mereka.

Dalam ulasannya di artikel TMT, dikutip Rabu (11/6/2025), Jason Corcoran  jurnalis yang menulis tentang ekonomi dan politik di Rusia dan lembaga pemikir Centre for Independent Studies (CIS), menyebut, Armenia adalah negara terbaru yang putus hubungan dengan Rusia.

Sebagai catatan, selama beberapa dekade, Armenia merupakan salah satu sekutu pasca-Soviet Rusia yang paling dapat diandalkan.

Baca juga: Rusia Bombardir Ibu Kota Ukraina: Selusin Ledakan di Kiev, Hantam Rumah Sakit Bersalin di Odesa

"Aremania adalah mitra yang kecil Rusia namun setia yang berdiam di Kaukasus Selatan yang riskan (bergejolak)," katanya. 

Namun, kata dia, hubungan Rusia-Armenia yang saling menguntungkan itu kini mulai terurai secara cepat.

"Saat ini, Yerevan (Ibu Kota Armenia) tidak lagi membisikkan ketidakpuasan. Ia meneriakkannya dari atap-atap gedung. Bagaimana dengan Moskow? Ia berusaha keras menyelamatkan sisa-sisa pengaruhnya yang semakin berkurang dengan skema-skema soft power dan manuver-manuver politik yang nekat," paparnya.

"Kini, tulisan itu sudah terpampang di dinding. Armenia sudah bosan menanti pelindung yang tak kunjung datang," kata dia lagi.

Perpecahan tersebut dapat ditelusuri paling jelas pada tahun 2021 dan 2022, ketika pasukan Azerbaijan melancarkan serangan lintas batas ke wilayah Armenia dan menewaskan ratusan tentara Armenia.

Sebagai anggota pendiri Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia, Armenia mengharapkan solidaritas.

Namun, yang terjadi justru kebungkaman Moskow. 

"Dari sudut pandang Armenia, Azerbaijan kemungkinan tidak akan bergerak ke Nagorno-Karabakh jika Rusia tidak menginvasi Ukraina," kata Jason menjelaskan latar belakang alasan Armenia mulai berpaling dari Rusia

Perang Ukraina tersebut menguras sumber daya dan perhatian Kremlin, sehingga terjadi kekosongan kekuasaan di Kaukasus Selatan. 

"Baku memanfaatkan momen tersebut, karena tahu bahwa Rusia terlalu terganggu dan lemah untuk merespons," katanya.

Hal yang membuat Armenia terpukul adalah Collective Security Treaty Organization (CSTO), juga ikut diam.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan